Sunday 26 June 2016

Bahas Tuntas HIV



HIV adalah singkatan dari Human Immunideficiency Virus, yaitu sejenis virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini menyerang sel-sel darah putih dalam tubuh, sehingga jumlah sel darah putih semakin berkurang dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi melemah. Padahal, fungsi sel darah putih adalah sebagai pelindung tubuh dari serangan luar, seperti kuman, virus atau penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, sel darah putih berfungsi memproduksi zat antibodi untuk membasmi serangan-serangan dari luar tadi. Bahkan sel darah putih mampu memproduksi antibodi yang dapat melindungi tubuh seumur hidup.
AIDS adalah sebuah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrom, suatu gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunideficiency Virus) yang sampai sekarang belum dapat diketahui asal-usulnya.
AIDS (Acquared Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang terdiri dari kumpulan gejala kelumpuhan daya tahan tubuh yang didapat akibat berkurangnya daya tubuh pasien yang menderita penyakit AIDS akan lebih mudah terkena berbagai infeksi, karena infeksi tersebut disebabkan etiologic agent (penyebab infeksi) yang biasanya tidak merusak individu dengan sistem daya tahan tubuh normal. AIDS juga merupakan penyakit relatif baru yang ditandai dengan adanya kelainan yang kompleks dalam sistem pertahanan seluler tubuh dan menyebabkan korban menjadi sangat peka terhadap mikroorganisme.
Infeksi yang sering ditemukan adalah Pneumocytis Carinii Pneumonia (PCP) yaitu suatu infeksi paru-paru yang sangat parah yang disebabkan pneumocarinii, disamping itu pasien AIDS dapat dengan mudah terkena sejumlah keganasan kanker yang khusus dan jarang ditemukan yaitu sarkoma kaposi sejenis kanker kulit (http://www.kpa.com, diakses tanggal 19/8/2009 jam 14.30 WIB).
2.1.1        Gejala – gejala
Gejala penyakit AIDS dapat ringan sampai berat bahkan di Amerika Serikat ditemukan ratusan ribu orang yang dalam darahnya mengandung virus AIDS tanpa gejala klinis (Carrier).
Pasien dengan gejala klinis ringan disebut Aids Related Complex (ARC). Pasien ARC paling sedikit mempunyai dua kelainan laboratorium (persisten generalized lymphadenopathy syndrome) dan dua gejala klinis : Gejala klinisnya antara lain :
a.             Pembesaran-pembesaran kelenjar getah bening non inguinal
b.            Penurunan berat badan lebih dari 10%
c.             Panas lebih dari 300 C intermitten atau terus menerus
d.            Diare yang menetap
e.             Lemah dan panpe lambat
f.             Peningkatan komnpleks lama dalam darah.
2.1.2        Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human Imunodefeciency Virus) HIV sebelumnya dikenal dengan nama Human T-Cell Lymphotroic virus III (HTLV-III) atau Lymphadeophaty Associated Virus (LAV) karena virus lain merupakan penyebab AIDS maka namanya diganti menjadi HIV. HIV A pada tubuh manusia dapat ditemukan didalam darah, sel beaemarrow, ciran spinal, jaringan otak, kelenjar limpha plasma bebas sel, saliva, cairan sperma vagina, air seni dan air mata.
2.1.3        Etiologi
HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit intrasel dlam bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke dalam sel host (Sel target) sel target virus HIV adalah sel limphosit-T karena mempunyai reseptor untuk virus HIV yang dsebut CD-4 misalnya sel makrofag, sel otak tertentu, sel usus dan sel monosit.
Setelah HIV masuk ke dalam target ia melepas bungkusnya kemudian dengan enzim yang dibawanya ia merubah bentuk RNA menjadi DNA agar dapat bergabung menyatukan diri dengan DNA sel target dari DNA sel target yang telah terinfeksi akan diproduksi virus HIV baru yang berpotensi untuk menginfeksi sel target yang baru dan berlangsung seumur hidup sel. Sel limphosit-T dalam tubuh mempunyai fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh, akibat terinfeksi oleh virus HIV sistem immun rusak akibatnya daya tahan tubuh berkurang atau hilang, maka tubuh akan mudah terkena penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Protozoa dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker dan banyak diantaranya pasien yang terkena HIV meninggal karena penyakit lain yang dideritanya.
Masa inkubasi virus HIV menyerang sangatlah lama jarak dari masuknya virus HIV ke tubuh sampai terjadinya AIDS bisa lima tahun atau lebih, dengan masa inkubasi yang lama ini akan memungkinkan bagi pasien yang telah tertular HIV tidak menyadarinya hingga mereka menderita Full Glow AIDS (Budimulja, U dan Judanarso, J. 2002  Acquired Immuni Deficiency Syndrome/ AIDS)
2.1.4        Klasifikasi
Diawal perkembangan penyakit AIDS dibagi menjadi 3 kategori : Kategori A atau Full Glow AIDS, Kategori B atau AIDS Related Condition (ARC) dan Kategori C atau Asymptomatik Infektion
Tapi sekarang kategori tersebut sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1988 telah digunakan klasifikasi baru yang lebih menggambarkan perjalanan dan patofisiologi infeksi HIV secara keseluruhan penyakit ini disebut “Penyakit Infeksi HIV” yang diklasifikasi sebagai berikut :
a.            Group I
Penyakit infeksi akut (Acuta Infection Illness) atau penyakit perubahan serologik (Seroconversion Illnes) diawali dengan masuknya virus HIV sampai terjadinya virus itu dari negatif  berubah menjadi positif atau disebut “Window Period”, lama window period antara 15 hari sampai 3 bulan – 6 bulan pada penyakit virus lamanya bila antibodi positif berarti dalam tubuh ada zat anti yang dapat melawan infeksi virus yang sama pada masa berikutnya, tetapi pada penyakit infeksi virus HIV ini berbeda, adanya zat anti dalam tidak berarti bhawa badan telah dapat melawan infeksi HIV tetapi berarti bahwa dalam tubuh terdapat virus HIV.
b.            Group II
Asymtomatic Infection, ini berarti bahwa dalam tubuh orang itu terdapat virus HIV positif tetapi tubuh tidak menunjukkan adanya gejala-gejala menderita penyakit infeksi tersebut. Keadaan tanpa gejala dapat berlangsung lama 5 tahun atau lebih, penderita yang tampak sehat ini dapat menularkan atau menyebarkan virus yang dikandungnya kepada orang lain.
c.             Group III
Pembesaran kelenjar limpa yang menetap dan merata (Persistent Glarolized lympha denophaty) fase ini ditandai dengan adanya pembesaran kelenjar lympa tidak hanya satu tempat yang berlangsung lebih dari satu bulan.
d.            Group IV
Keadaan yang disertai dengan adanya penyakit lain
1)            IVA à Penyakit Konstitusional
2)            IVB à Penyakit Syaraf
3)            IVC1àPenyakit infeksi sekunder yang tercantum dalam daftar penyakit dari Ceatres for disease Control (CDC) dalam defimisi AIDS
4)            IVC2 à Penyakit sekunder khusus
5)            IVD à kanker sekunder
6)            IVE à Keadaan-keadaan lain
2.1.5        Cara penularan
Penularan penyakit ini melalui empat cara yaitu :
a.             Hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual dimana terjadi mikrolesi, sehingga darah atau cairan dari penderita HIV positif mengandung virus HIV dapat masuk ke dalam darah calon penderita, oleh karena itu orang yang sering berhubungan seksual dengan berganti-ganti partner merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi terinfeksi virus HIV, mereka ini termasuk kaum homoseksual yang biasanya sering berganti partner, WTS dan para hidung belang.
b.            Parenteral, melalui darah / produk darah
Penularan melalui parenteral semula diketahui pada orang-orang yang menyalahgunakan obat secara suntikan intra vena (intra verous Dng user) IVDU, masyarakat IVDU sering salah pinjam obat suntik, bila salah satu dinatara mereka HIV positif, maka penularan terjadi. Selain itu banyak juga orang yang HIV positif menyumbangkan darahnya untuk keperluan transfusi tidak hanya itu menyumbangkan darah juga untuk keperluan / kepentingan pemeriksaan misal pada penderita kelainan darah seperti hemofilli selain itu penularan melalui darah bisa juga terjadi di laboratorium pada saat pembedahan dan sebagainya.
c.             Perinatal
Penularan melalui ibu mungkin dapat terjadi sewaktu kehamilan, sewaktu melahirkan dan sewaktu menyusui atau transplansental pada saat ibu hamil.
d.            Ibu Hamil yang mengidap HIV/AIDS kepada bayinya dalam kandungan
2.1.6        Pemeriksaan Khusus
a.             Hitung sel darah, laju endap darah (LED), immunoglobulin
b.            Biopsi kelenjar lympa
c.             Biakan virus dan pemeriksaan mikrobiologi lain
d.            Broncochopy untuk pneumositis dan mikrobacter luar
e.             Aspirasi sumsum tulang
f.             Endoscopy
2.1.7        Pengobatan
a.             Yang pertama dilakukan ialah pengobatan terhadap penyakit-penyakit yang menyertai infeksi HIV, setelah ditemukannya virus penyebab maka dilakukan pendekatan pengobatan untuk melenyapkan virus dari tubuh.
b.            Untuk penyakit-penyakit penycota telah ada pengobatan baik yang spesifik maupun umum dan ini hanyal bersifat sebagai pengobatan simptomatik.
Untuk menghambat atau menghentikan pertumbuhan / pembelahan virus itu telah berhasil menemukan zidovidum (azidothymidin / AZT) Dideoxycytin (DOC) dan Dideoxynosin (DDI) dan diyakini obat tersebut dapat menghambat perkembangan penyakit infeksi HIV menuju ke group yang lebih berat serta dapat memperpanjang usia / umur pasien, walaupun belum dapat membasmi secara tuntas diharapkan ini merupakan titik terang ke arah selanjutnya.
2.1.8        Pencegahan
Dengan ditemukannya HIV pada waktu ini sedang diusahakan pembuatan vaksin. Tetapi, melihat pengalaman pembuatan vaksin hepatitis B yang memerlukan waktu kurang lebih 17 tahun, untuk hal ini masih diperlukan waktu yang lama.
Cara transmisi virus AIDS ini berlangsung melalui hubungan seksual, menggunakan jarum suntik bersama dan sebagian kecil melalui transfusi darah maupun komponen darah. Oleh karena itu ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengurangi penularan penyakit.
a.             Kontak seksual harus dihindari dengan orang yang diketahui menderita AIDS dan orang yang sering menggunakan obat bius secara intravena.
b.            Mitra seksual multiple atau hubungan seksual dengan orang yang mempunyai banyak teman kencan seksual, memberikan kemungkinan lebih besar mendapat AIDS.
c.             Cara berhubungan seksual yang dapat merusak selaput lendir rektal, yang dapat memperbesar kemungkinan mendapatkan AIDS. Senggama anal pasif yang pernah dilaporkan pada beberapa penelitian menunjukkan korelasi tersebut. Walaupun belum terbukti, kondom dianggap salah satu cara untuk menghindari penyakit kelamin, cara ini masih merupakan anjuran.
d.            Kasus AIDS pada orang yang menggunakan obat bius intravena dapat dikurangi dengan cara memberantas kebiasaan buruk tersebut dan melarang penggunaan jarum suntik bersama.
e.             Semua orang yang tergolong berisiko tinggi AIDS seharusnya tidak menjadi donor. Di AS soal ini sudah dipecahkan dengan adanya penentuan zat anti AIDS dalam darah melalui cara Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA). Di RSCM Sub Unit Hematologi Unit Penyakit Dalam uji ini sudah dapat dikerjakan.
(Budimulja, U dan Judanarso, J. 2002  Acquired Immuni Deficiency Syndrome/ AIDS)

No comments:

Post a Comment