Monday 27 June 2016

Khitan atau Sunat



Sirkumsisi (khitan, sunat) adalah tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup (prepusium) penis dengan tujuan tertentu (Sumiardi, dkk, 2002).
Sirkumsisi (Inggris : circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya. Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah (Journal of Men’s Studies, 2008, ¶ 1 http//:www.trinoval.web.id/.html, diperoleh tanggal 14 Maret 2011).
Secara medis dikatakan bahwa sunat sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak penelitian kemudian membuktikan (evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis, infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS dan juga mencegah penularan human papilloma virus. Selain itu sirkumsisi juga dapat mencegah penyakit seperti phimosis, paraphimosis, candidiasis, tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria. Phimosis adalah gangguan atau kelainan pada kulup, sehingga tidak dapat ditarik ke arah belakang untuk mengeluarkan batang penis. Kemudian candidiasis merupakan sejenis penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur jenis Candida. Pria yang di sunat lebih higienis, pada masa tua lebih mudah merawat bagian tersebut dan secara seksualitas lebih menguntungkan (lebih bersih, tidak mudah lecet/ iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Trihono, 2001).
1.             Indikasi
a.             Medis :
1)             Fimosis
2)             Parafimosis
3)             Pencegahan tumor, dimana smegma adalah zat karsinogenik
4)             Kondiloma akuminata
5)             Kelainan-kelainan yang terbatas pada prepusium
b.             Agama
c.             Sosial
Penis yang bersih hanya terjamin bila prepusium terbuka. Smegma yang terbentuk di bawah prepusium diduga bersifat karsinogenik. Epitel glans penis yang terbuka (tidak tertutup prepusium), lambat laun akan berubah dan kepekaannya berkurang (Sumiardi, dkk, 2002).
2.             Kontraindikasi
a.             Kontraindikasi mutlak:
1)             Hipospadia
2)             Hemofili
3)             Kelainan darah (diskrasia darah)
b.             Kontraindikasi relatif:
1)             Infeksi local pada penis dan sekitarnya
2)             Infeksi umum
3)             Diabetes mellitus
Menurut lokasinya, hipospadia terdiri atas :
a.             Glanduler, pada glans penis
b.             Frenal, pada frenulum
c.             Penil, pada batang penis
d.            Penoskrotal, antara penis dan skrotum
e.             Scrotal, pada skrotum
f.              Perineal, pada perineum
Tipe 1 dan 2 biasanya tidak memerlukan koreksi. Selain itu membutuhkan koreksi bedah plastic. Prepusium diperlukan pada tahap pembedahan koreksi tersebut. Pada hemofili dikhawatirkan terjadi perdarahan yang dapat berakibat fatal bagian pasien. Pada pasien dengan infeksi local, infeksi umum dan diabetes mellitus, sebaiknya tindakan sirkumsisi ditunda hingga penyulit teratasi, kecuali bila tindakan ini merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan misalnya pada parafimosis dan fimosis dengen retensi urine (Sumiardi, dkk, 2002).
3.             Anestesi
Anestesi pada sirkumsisi dapat dilakukan secara :
a.              Umum, dilakukan pada :
1)             Anak-anak
2)             Penderita yang alergi terhadap anestetik local
3)             Penderita yang sangat cemas
b.              Lokal, diberikan pada penderita dalam keadaan sadar, berupa :
1)             Spinal, epidural dan modifikasinya
2)             Kombinasi blok saraf dorsalis penis dan infiltrasi
Dari semua cara anestesi yang disebutkan, maka cara kombinasi blok saraf dan infiltrasi tampaknya paling disukai, karena :
a.             Relatif mudah dilakukan
b.             Komplikasi anestesi umum (mual, muntah dan sebagainya) tidak dijumpai
c.             Secara ekonomis lebih murah
d.            Alat yang diperlukan sedikit
Pada cara ini dapat dilakukan kombinasi antara :
a.               Blok saraf dorsalis penis
b.               Infiltrasi frenulum penis
c.               Infiltrasi pada batang penis atau blok melingkar (ring-block) pada batang penis.
Tanda-tanda jarum sudah berada pada posisi yang tepat:
a.               Sensasi seperti menembus kertas
b.               Bila tabung suntik diangkat, penis ikut terangkat
c.               Bila anestetik disuntikkan, tidak terjadi edema kecuali pada penis yang kecil.
4.             Persiapan alat sirkumsisi
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a.              Minor set/Sirkumsisi Set terdiri dari : (a) gunting dengan ujung tajam dan tumpul, (b) pinset anatomis, (c) Klem lurus 3 buah, (d) Klem bengkok (mosquito) 1 buah, (e) Neddle holder 1 buah, (f) Duk steril bolong, (g) handskun steril ukuran sesuai tangan.
b.              Wadah stainles untuk meletakkkan minor set (semuanya harus dalam kondisi steril)
c.              Jarum cutting ukuran kecil-sedang dan benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila ada yang atraumatik)
d.             Povidone iodine 10 % dituang secukupnya dalam mangkok (cawan) khusus.
e.              Spuit 3 cc dan lidocain HCL 2%, lidocain comm (campuran dengan epinefrin) atau Pehacain serta Adrenalin yang sudah dimasukkan dalam spuit (untuk persiapan jika syok anafilaktik). Anestesi Spray seperti etyl kloride terkadang juga diperlukan.
f.               Kassa steril secukupnya
g.              Plester
h.              Sofratule
i.                Tempat sampah
j.                Meja untuk pasien berbaring beserta perlaknya dan kipas angin, pencahayaan yang baik atau headlamp.
5.             Metode Sirkumsisi
Sirkumsisi dapat dilakukan dengan cara tradisional dan medis, di dalam dunia kedokteran, ada beberapa langkah yang dilakukan ketika melakukan sunat:
a.             Mengiris kulit di bagian punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung bagian dalam penis.
b.             Mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis (sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka. Setelah itu baru dokter akan menjahit luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung cepat dan tidak timbul komplikasi.
(Sumber : Trihono, 2001).
Selain cara klasik di atas, masih ada banyak cara untuk menyunat. Di antaranya adalah :
a.             Cara kuno dengan menggunakan sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
b.             Metode cincin, pada metode ini ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit.
c.             Ketiga, metode mangkuk. Metode ini lebih cocok dilakukan untuk balita atau anak yang memiliki pembuluh darah pada kulup lebih kecil dari ukuran normal.
d.            Keempat, metode lonceng. Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
e.             Kelima, Dengan laser CO2. Ini merupakan metode sunat paling canggih yang berhasil dikembangkan hingga saat ini.
Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan.
(Sofin, 2001, ¶ 3 http//:www.trinoval.web.id/.html, diperoleh tanggal 14 Maret 2011).

A.           Perawatan Luka Sirkumsisi
Sirkumsisi pada saat sekarang umumnya menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas karena sifatnya melebur di kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat luka bekas sunat lebih cepat disembuhkan. Walau begitu, perawatan penis pascasunat tetap harus diperhatikan agar tak terjadi infeksi pada luka bekas operasi. Berikut perawatannya:
1.             Usahakan selalu agar penis tetap bersih dan kering.
2.             Bersihkan luka sirkumsisi dengan kasa basah dan diberikan bethadine supaya luka cepat kering.
3.             Minumlah obat anti biotik yang telah diberikan oleh petugas kesehatan
4.             Kenakan popok/celana yang longgar, jangan terlalu menempel ke penis karena dapat menimbulkan luka gesekan.
(Firdan, 2008 ¶ 1 http://flashcutter.blogspot.com, diperoleh tanggal 29/3/2011)
Menurut dr. Abu Hana, 2009 (dalam ¶ 1 http://kaahil.wordpress.com/, diperoleh tanggal 29/3/2011) sekurangnya ada 7 tips dan kiat perawatan luka sirkumsisi setelah pulang ke rumah dari tempat sirkumsisi, antara  lain :
6.      Segeralah minum obat Analgesik
Segera setelah disirkumsisi sebaiknya minumlah obat analgesik (penghilang nyeri) yang diberikan dokter untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
Minumlah obat antibiotik secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka sirkumsisi.
7.      Jagalah daerah alat kelamin tetap bersih dan kering
Usahakan celana yang digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah kencing, bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara perlahan, usahakan jangan mengenai luka khitan. Biasanya bercak-bercak darah bekas sirkumsisi juga akan menumpuk dan tampak seperti “borok” yang dapat mengganggu kesehatan. Jadi, sering-seringlah membersihkan penis setelah disirkumsisi. Caranya adalah dengan mengoleskan minyak habbatussauda (jinten hitam) dua kali sehari sehabis mandi. Penggunaan iodine atau rivanol untuk membersihkan luka menurut pengalaman kami kurang memuaskan hasilnya.
Jika sudah lebih dari 3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas.
8.      Bengkak pada alat kelamin merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari setelah disirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.
9.      Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasiensirkumsisi.  Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan untuk dimakan” karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar lebih cepat kering.
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses sirkumsisi saja.
Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain. Jadi ada baiknya selama masa penyembuhan kita tidak memakan makanan yang bisa merugikan kesehatan kita.

No comments:

Post a Comment