Sirkumsisi (khitan, sunat) adalah
tindakan pembuangan dari sebagian atau seluruh kulup (prepusium) penis dengan tujuan tertentu (Sumiardi, dkk, 2002).
Sirkumsisi (Inggris : circumcision)
adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup
depan penis atau preputium. Sirkumsisi bertujuan untuk membersihkan dari
berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang
masih ada preputiumnya. Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra
sejarah (Journal of Men’s Studies, 2008, ¶ 1
http//:www.trinoval.web.id/.html,
diperoleh tanggal 14 Maret 2011).
Secara medis dikatakan bahwa sunat
sangat menguntungkan bagi kesehatan. Banyak penelitian kemudian membuktikan
(evidence based medicine) bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis,
infeksi saluran kemih, dan mencegah penularan berbagai penyakit menular
seksual, termasuk HIV/AIDS dan juga mencegah penularan human papilloma virus.
Selain itu sirkumsisi juga dapat mencegah penyakit seperti phimosis,
paraphimosis, candidiasis, tumor ganas dan praganas pada daerah kelamin pria.
Phimosis adalah gangguan atau kelainan pada kulup, sehingga tidak dapat ditarik
ke arah belakang untuk mengeluarkan batang penis. Kemudian candidiasis
merupakan sejenis penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur jenis
Candida. Pria yang di sunat lebih higienis, pada masa tua lebih mudah merawat
bagian tersebut dan secara seksualitas lebih menguntungkan (lebih bersih, tidak
mudah lecet/ iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Trihono, 2001).
1.
Indikasi
a.
Medis :
1)
Fimosis
2)
Parafimosis
3)
Pencegahan tumor, dimana smegma
adalah zat karsinogenik
4)
Kondiloma akuminata
5)
Kelainan-kelainan yang terbatas
pada prepusium
b.
Agama
c.
Sosial
Penis yang bersih hanya terjamin bila
prepusium terbuka. Smegma yang terbentuk di bawah prepusium diduga bersifat
karsinogenik. Epitel glans penis yang terbuka (tidak tertutup prepusium),
lambat laun akan berubah dan kepekaannya berkurang (Sumiardi, dkk, 2002).
2.
Kontraindikasi
a.
Kontraindikasi mutlak:
1)
Hipospadia
2)
Hemofili
3)
Kelainan darah (diskrasia
darah)
b.
Kontraindikasi relatif:
1)
Infeksi local pada penis dan
sekitarnya
2)
Infeksi umum
3)
Diabetes mellitus
Menurut lokasinya, hipospadia terdiri atas :
a.
Glanduler, pada glans penis
b.
Frenal, pada frenulum
c.
Penil, pada batang penis
d.
Penoskrotal, antara penis dan
skrotum
e.
Scrotal, pada skrotum
f.
Perineal, pada perineum
Tipe 1 dan 2 biasanya tidak
memerlukan koreksi. Selain itu membutuhkan koreksi bedah plastic. Prepusium
diperlukan pada tahap pembedahan koreksi tersebut. Pada hemofili dikhawatirkan
terjadi perdarahan yang dapat berakibat fatal bagian pasien. Pada pasien dengan
infeksi local, infeksi umum dan diabetes mellitus, sebaiknya tindakan
sirkumsisi ditunda hingga penyulit teratasi, kecuali bila tindakan ini
merupakan tindakan yang sangat perlu dilakukan misalnya pada parafimosis dan
fimosis dengen retensi urine (Sumiardi, dkk, 2002).
3.
Anestesi
Anestesi pada sirkumsisi dapat
dilakukan secara :
a.
Umum, dilakukan pada :
1)
Anak-anak
2)
Penderita yang alergi terhadap
anestetik local
3)
Penderita yang sangat cemas
b.
Lokal, diberikan pada penderita
dalam keadaan sadar, berupa :
1)
Spinal, epidural dan
modifikasinya
2)
Kombinasi blok saraf dorsalis
penis dan infiltrasi
Dari semua cara anestesi yang
disebutkan, maka cara kombinasi blok saraf dan infiltrasi tampaknya paling
disukai, karena :
a.
Relatif mudah dilakukan
b.
Komplikasi anestesi umum (mual,
muntah dan sebagainya) tidak dijumpai
c.
Secara ekonomis lebih murah
d.
Alat yang diperlukan sedikit
Pada cara ini dapat dilakukan
kombinasi antara :
a.
Blok saraf dorsalis penis
b.
Infiltrasi frenulum penis
c.
Infiltrasi pada batang penis
atau blok melingkar (ring-block) pada
batang penis.
Tanda-tanda jarum sudah berada pada
posisi yang tepat:
a.
Sensasi seperti menembus kertas
b.
Bila tabung suntik diangkat,
penis ikut terangkat
c.
Bila anestetik disuntikkan,
tidak terjadi edema kecuali pada penis yang kecil.
4.
Persiapan alat sirkumsisi
Peralatan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
a.
Minor set/Sirkumsisi Set
terdiri dari : (a) gunting dengan ujung tajam dan tumpul, (b) pinset
anatomis, (c) Klem lurus 3 buah, (d) Klem bengkok (mosquito) 1
buah, (e) Neddle holder 1 buah, (f) Duk steril bolong, (g) handskun steril
ukuran sesuai tangan.
b.
Wadah stainles untuk
meletakkkan minor set (semuanya harus dalam kondisi steril)
c.
Jarum cutting ukuran
kecil-sedang dan benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila ada yang
atraumatik)
d.
Povidone iodine 10 % dituang
secukupnya dalam mangkok (cawan) khusus.
e.
Spuit 3 cc dan lidocain HCL 2%,
lidocain comm (campuran dengan epinefrin) atau Pehacain serta Adrenalin yang
sudah dimasukkan dalam spuit (untuk persiapan jika syok anafilaktik). Anestesi
Spray seperti etyl kloride terkadang juga diperlukan.
f.
Kassa steril secukupnya
g.
Plester
h.
Sofratule
i.
Tempat sampah
j.
Meja untuk pasien berbaring
beserta perlaknya dan kipas angin, pencahayaan yang baik atau headlamp.
5.
Metode Sirkumsisi
Sirkumsisi dapat dilakukan dengan
cara tradisional dan medis, di dalam dunia kedokteran, ada beberapa langkah
yang dilakukan ketika melakukan sunat:
a.
Mengiris kulit di bagian
punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung bagian
dalam penis.
b.
Mengiris kulit kulup yang
mengelilingi penis (sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka. Setelah itu
baru dokter akan menjahit luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung
cepat dan tidak timbul komplikasi.
(Sumber : Trihono, 2001).
Selain cara klasik di atas, masih ada
banyak cara untuk menyunat. Di antaranya adalah :
a.
Cara kuno dengan menggunakan
sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup
dengan bambu tajam tersebut. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya
perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
b.
Metode cincin, pada metode ini
ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang
semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas
dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit.
c.
Ketiga, metode mangkuk. Metode
ini lebih cocok dilakukan untuk balita atau anak yang memiliki pembuluh darah
pada kulup lebih kecil dari ukuran normal.
d.
Keempat, metode lonceng. Di
sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga
bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas dengan
sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu yang cukup lama,
sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan
Asia dengan nama Circumcision Cord
Device.
e.
Kelima, Dengan laser CO2.
Ini merupakan metode sunat paling canggih yang berhasil dikembangkan hingga
saat ini.
Fasilitas Laser CO2 sudah
tersedia di Indonesia. Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan.
(Sofin, 2001, ¶ 3 http//:www.trinoval.web.id/.html,
diperoleh tanggal 14 Maret 2011).
A.
Perawatan Luka Sirkumsisi
Sirkumsisi pada saat sekarang umumnya
menggunakan benang modern yang tak perlu dilepas karena sifatnya melebur di
kulit. Obat dan peralatannya pun kini ada yang bisa membuat luka bekas sunat
lebih cepat disembuhkan. Walau begitu, perawatan penis pascasunat tetap harus
diperhatikan agar tak terjadi infeksi pada luka bekas operasi. Berikut
perawatannya:
1.
Usahakan selalu agar penis
tetap bersih dan kering.
2.
Bersihkan luka sirkumsisi
dengan kasa basah dan diberikan bethadine supaya luka cepat kering.
3.
Minumlah obat anti biotik yang
telah diberikan oleh petugas kesehatan
4.
Kenakan popok/celana yang
longgar, jangan terlalu menempel ke penis karena dapat menimbulkan luka
gesekan.
(Firdan, 2008 ¶ 1 http://flashcutter.blogspot.com,
diperoleh tanggal 29/3/2011)
Menurut dr. Abu Hana, 2009 (dalam ¶ 1 http://kaahil.wordpress.com/, diperoleh tanggal 29/3/2011) sekurangnya
ada 7 tips dan kiat perawatan luka sirkumsisi setelah pulang ke rumah dari
tempat sirkumsisi, antara lain :
6.
Segeralah minum obat Analgesik
Segera setelah disirkumsisi
sebaiknya minumlah obat analgesik (penghilang nyeri) yang diberikan dokter
untuk menghindarkan rasa sakit setelah obat anestesi lokal yang disuntikkan
habis diserap tubuh. Umumnya obat anestesi mampu bertahan antara satu jam
sampai satu setengah jam setelah disuntikkan. Diharapkan setelah obat bius
tersebut habis masa kerjanya maka dapat tergantikan dengan obat Analgesik.
Minumlah obat
antibiotik secara teratur (umumnya diberikan untuk 5-10 hari) agar tidak
terjadi infeksi yang pada akhirnya akan menghambat penyembuhan luka sirkumsisi.
7.
Jagalah daerah alat kelamin
tetap bersih dan kering
Usahakan celana yang
digunakan anak lebih longgar untuk menghindari gesekan. Apabila sudah kencing,
bersihkan ujung lubang kencing secukupnya secara perlahan, usahakan jangan
mengenai luka khitan. Biasanya bercak-bercak darah bekas sirkumsisi juga akan
menumpuk dan tampak seperti “borok” yang dapat mengganggu kesehatan. Jadi,
sering-seringlah membersihkan penis setelah disirkumsisi. Caranya adalah dengan
mengoleskan minyak habbatussauda (jinten hitam) dua kali sehari sehabis mandi.
Penggunaan iodine atau rivanol untuk membersihkan luka menurut pengalaman kami
kurang memuaskan hasilnya.
Jika sudah lebih dari
3 hari maka bekas luka sirkumsisi boleh dibersihkan dengan air hangat. Caranya
masukkan kassa steril ke dalam air hangat lalu peraslah dan bersihkan secara
perlahan “bekas darah” tersebut sampai terlepas.
8.
Bengkak pada alat kelamin
merupakan kejadian normal
Bekas suntikan obat
anestesi/bius di pangkal penis (terutama bagian atas) terkadang dapat
menimbulkan bengkak yang sebenarnya akan diserap sendiri oleh tubuh dan kempes
dalam waktu 1-2 minggu. Jika dirasakan mengganggu boleh dibantu dengan cara
mengkompresnya selama 5-10 menit dengan kassa yang dicelupkan air hangat, dapat
dilakukan 2 kali dalam sehari. Perlakuan ini bisa dilakukan mulai 2 hari
setelah disirkumsisi dan usahakan air tersebut tidak mengenai lukanya.
9.
Mengatur Makanan
Sebenarnya tidak ada
pantangan makanan tertentu yang khusus untuk pasiensirkumsisi. Ikan, telur dan daging bukan suatu “larangan
untuk dimakan” karena hal tersebut hanyalah “mitos” yang salah dan banyak berkembang
di masyarakat. Sebaliknya kandungan vitamin dan protein yang terkandung dalam
makanan tersebut diperlukan tubuh untuk membantu proses penyembuhan luka agar
lebih cepat kering.
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses sirkumsisi saja.
Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain. Jadi ada baiknya selama masa penyembuhan kita tidak memakan makanan yang bisa merugikan kesehatan kita.
Ikan, telur dan daging hanyalah pantangan bagi mereka yang memang “alergi” terhadap makanan tersebut. Cirinya adalah setiap kali orang tersebut mengkonsumsi makanan tersebut maka menyebabkan reaksi alergi (gatal, bentol, dan lain-lain) dan hal tersebut sudah berlangsung lama semenjak lahir/kecil dan bukan pada saat proses sirkumsisi saja.
Adapun pedas, mie dan minuman bersoda atau softdrink sebaiknya memang dihindari karena dapat mengganggu kesehatan secara umum, misalnya menimbulkan gangguan pencernaan atau radang tenggorokan yang dapat menurunkan kesehatan pasien secara umum. Hal tersebut akan menghambat proses penyembuhan luka sirkumsisi karena konsentrasi kekebalan tubuh jadi terpecah untuk menyembuhkan luka sekaligus mengobati masalah kesehatan yang lain. Jadi ada baiknya selama masa penyembuhan kita tidak memakan makanan yang bisa merugikan kesehatan kita.
No comments:
Post a Comment