Pembangunan nasional bidang kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat
bagi setiap orang sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan
kesehatan khususnya upaya pelayanan obstetri pada suatu negara adalah dengan
melihat tinggi atau rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Untuk
itu perlu adanya program dibidang kesehatan yang berbasis masyarakat, agar
upaya kesehatan lebih tercapai (accessible) lebih terjangkau (affordable),
serta lebih berkualitas (quality)(1).
Salah satu program bidang kesehatan
tersebut adalah program nasional Making
Pregnancy Safer (MPS) yang salah satu misinya adalah untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), melalui pemantauan sistem
kesehatan untuk menjamin akses terhadap
intervensi yang efektif berdasarkan kesehatan dan bakat ilmiah yang
berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan
yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi sebagai prioritas program pembangunan
nasional(2).
Selain itu untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) Departemen Kesehatan juga membuat kebijakan
yaitu dengan mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Motherhood” yaitu program keluarga berencana, akses terhadap pelayanan
antenatal, persalinan yang aman, dan cakupan pelayanan obstetrik essensial
adalah paling rendah dan mutunya belum optimal. Mengingat kira-kira 90%
kematian ibu terjadi disaat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab
kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat diperkirakan
sebelumnya, maka Depkes RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan
agar setiap persalinan ditolong oleh bidan profesional dan pelayanan obstetrik
sedekat mungkin kepada ibu hamil(3).
Di lingkungan negara
ASEAN, Indonesia merupakan negara dengan AKI dan AKB tertinggi yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan maternal dan neonatal masih memerlukan
perbaikan yang bersifat menyeluruh dan bermutu. Menurut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu
(AKI) tahun 2009 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini turun
dibandingkan Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2004 yang mencapai 307 per 100.000
kelahiran hidup(4).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Jawa Barat
adalah 321,5 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Jawa Barat disebabkan oleh
perdarahan melalui jalan lahir 49,65%, keracunan kehamilan 22,40%, sepsis
17,30% dan infeksi jalan lahir 15,86%. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Jawa Barat tahun 2009 tercatat sebesar 43,93/1000 kelahiran hidup
No comments:
Post a Comment