Gejala Klinis TBC
a.
Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam
influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C.
Serangan demam pertama kali dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b.
Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan mejadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batauk darah yang pecah. Kebanyakan
batuk darah pada tuberkulosis terjadi kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada
ulkus dinding bronkus.
c.
Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada
penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian
paru-paru.
d.
Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri
dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik / melepaskan
napasnya.
e.
Malaise
Penyakit TB paru bersifat radang yang
menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak nafsu makan,
badan makin kurus (BB turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam
dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang
timbul secara tidak teratur.
2.
Komplikasi
a.
Batuk-batuk darah (hemaptoe)
b.
Pleuritis dan empyema
tuberculosa
c.
Pnemothorak spontan
d.
Corpulmonalis chronicum
e.
Tuberkulosa di luar paru
1)
Tuberkulosis larink
2)
Tuberkulosis intestinal
3)
Peritonitis Tuberkulosis
f.
Tuberkulosis pada tulang
g.
Meningitis tuberkulosa
h.
Tuberkulosis pada organ-organ
lain, misalnya organ reproduksi, kelenjar adrenal dan degenerasi amiloid pada
hati dan ginjal
3.
Penatalaksanaan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi
sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga.
Tujuan pemberian OAT antara lain :
a.
Membuat konversi sputum BTA
positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid
b.
Mencegah kekambuhan dalam tahun
pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
c.
Menghilangkan atau mengurangi
gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase,
yaitu :
a.
Fase awal intensif : dengan
kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat
b.
Fase lanjutan : melalui
kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan
bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Obat Anti Tuberculosis yang biasa digunakan antara lain
: INH (300 mg), Etambutol (500 mg) dan Rifampisin (450 mg)
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil
pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan klinis. Kesembuhan tuberkulosis paru
yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan radiologi, dan menghilangkan
gejala.
4.
Dampak
Tuberkulosis paru terhadap Kebutuhan Dasar Manusia dan Perubahan Sistem Tubuh.
a.
Dampak terhadap kebutuhan
dasar manusia
1)
Dampak Fisik
a)
Gangguan
penurunan oksigen
Karena adanya peradangan pada bronkus
maka tubuh akan mempertahankan diri dengan pembentukan sekret yang menyebabkan
penggunaan retraksi intercostalis dyspnoe dan pola napas menjadi cepat dan
dangkal.
b)
Terhadap
aktivitas
Sesak menyebabkan kebutuhan oksigen
untuk metabolisme tubuh menurun sehingga energi yang dihasilkan berkurang
akibatnya menjadi lemah dan sesak di dada
c)
Kebutuhan
istirahat – tidur
Pasien yang menderita TB paru akan
mengalami kelelahan dan kelemahan, nafas pendek sehingga akan mengalami
kesulitan tidur dan klien akan mengalami kelemahan akibat kekurangan waktu
untuk istirahat dan tidur.
2)
Dampak
psikososial
Perasaan harga diri rendah
kemungkinan akan timbul pada klien penderita TB paru, sehingga dapat mengganggu
hubungan interaksi sosial baik di lingkungan rumah maupun lingkungan kerjanya.
3)
Dampak spiritual
Pada umumnya klien yang sedangan
mengalami perawatan jarang melaksanakan kegiatan keagamaan, karena alasan
penyakitnya yang tidak memungkinkan. Persepsi klien akan berbeda tergantung
dari tingkat keimanannya.
b.
Dampak terhadap Sistem
Tubuh
1)
Sistem respirasi
Adanya peradangan pada bronkus tubuh
akan mengadakan pertahanan diri dengan memproduksi sekret lebih banyak akibat
terjadi penumpukan dan penyempitan lumen bronchiolus, hal ini menyebabkan batuk
produktif, pernafasan cepat dan dangkal, adanya dyspnoe atau hipoxia, dapat
ditemukan pada auskultasi suara nafas ronchi.
2)
Sistem
cardiovaskuler
Suplai oksigen yang kurang ke jantung
menyebabkan hilangnya kapasitas paru yang akan menimbulkan tahanan vaskuler
paru meningkat untuk memompa darah maka terjadi tachicardi, dengan nadi kuat
dan ireguler.
3)
Sistem
gastrointestinal
Penurunan suplai oksigen pada sistem
gastrointestinal akan merangsang nervus vagus dalam penyampaian reflek lokal ke
vaso vagal, impuls ke medula oblongata melalui eferen vagus dan lambung
sehingga terjadi peningkatan produksi asam lambung dan menyebabkan mual.
4)
Sistem
muskuloskeletal
Menurunnya suplai oksigen akan
menghambat pembentukan ATP yang akan disintesa ADP sehingga sumber energi
menjadi lemah, tonus otot menurun akan mengalami keterbatasan gerak
5)
Sistem integumen
Suplai oksigen ke jaringan menurun
akan mereduksi hemoglobin dapat menimbulkan sianosis, yang akan tampak jelas
pada daerah kuku, ujung jari, bibir dan mukosa lidah.
6)
Sistem
persyarafan
Kebutuhan dalam otak yang normal 33
cc/gr/menit, bila kurang dari itu dapat menimbulkan kematian dalam waktu 4-5
menit. Maka bila oksigen tidak adekuat akan menimbulkan ngantuk, sakit kepala,
sampai dengan kehilangan kesadaran.
No comments:
Post a Comment