Monday 27 June 2016

Gejala TBC



          Gejala Klinis TBC

a.             Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-410C. Serangan demam pertama kali dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.
b.            Batuk/batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan mejadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batauk darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
c.             Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
d.            Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik / melepaskan napasnya.
e.             Malaise
Penyakit TB paru bersifat radang yang menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak nafsu makan, badan makin kurus (BB turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dan lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
2.            Komplikasi
a.             Batuk-batuk darah (hemaptoe)
b.            Pleuritis dan empyema tuberculosa
c.             Pnemothorak spontan
d.            Corpulmonalis chronicum
e.             Tuberkulosa di luar paru
1)            Tuberkulosis larink
2)            Tuberkulosis intestinal
3)            Peritonitis Tuberkulosis
f.             Tuberkulosis pada tulang
g.            Meningitis tuberkulosa
h.            Tuberkulosis pada organ-organ lain, misalnya organ reproduksi, kelenjar adrenal dan degenerasi amiloid pada hati dan ginjal

3.            Penatalaksanaan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT antara lain :
a.             Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui kegiatan bakterisid
b.            Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan sterilisasi
c.             Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan imunologis
Maka pengobatan tuberkulosis dilakukan melalui 2 fase, yaitu :
a.             Fase awal intensif : dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat
b.            Fase lanjutan : melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional
Obat Anti Tuberculosis yang biasa digunakan antara lain : INH (300 mg), Etambutol (500 mg) dan Rifampisin (450 mg)
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan klinis. Kesembuhan tuberkulosis paru yang baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan radiologi, dan menghilangkan gejala.
4.            Dampak Tuberkulosis paru terhadap Kebutuhan Dasar Manusia dan Perubahan Sistem Tubuh.
a.             Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia
1)            Dampak Fisik
a)             Gangguan penurunan oksigen
Karena adanya peradangan pada bronkus maka tubuh akan mempertahankan diri dengan pembentukan sekret yang menyebabkan penggunaan retraksi intercostalis dyspnoe dan pola napas menjadi cepat dan dangkal.
b)             Terhadap aktivitas
Sesak menyebabkan kebutuhan oksigen untuk metabolisme tubuh menurun sehingga energi yang dihasilkan berkurang akibatnya menjadi lemah dan sesak di dada
c)             Kebutuhan istirahat – tidur
Pasien yang menderita TB paru akan mengalami kelelahan dan kelemahan, nafas pendek sehingga akan mengalami kesulitan tidur dan klien akan mengalami kelemahan akibat kekurangan waktu untuk istirahat dan tidur.

2)            Dampak psikososial
Perasaan harga diri rendah kemungkinan akan timbul pada klien penderita TB paru, sehingga dapat mengganggu hubungan interaksi sosial baik di lingkungan rumah maupun lingkungan kerjanya.
3)            Dampak spiritual
Pada umumnya klien yang sedangan mengalami perawatan jarang melaksanakan kegiatan keagamaan, karena alasan penyakitnya yang tidak memungkinkan. Persepsi klien akan berbeda tergantung dari tingkat keimanannya.
b.            Dampak terhadap Sistem Tubuh
1)            Sistem respirasi
Adanya peradangan pada bronkus tubuh akan mengadakan pertahanan diri dengan memproduksi sekret lebih banyak akibat terjadi penumpukan dan penyempitan lumen bronchiolus, hal ini menyebabkan batuk produktif, pernafasan cepat dan dangkal, adanya dyspnoe atau hipoxia, dapat ditemukan pada auskultasi suara nafas ronchi.
2)            Sistem cardiovaskuler
Suplai oksigen yang kurang ke jantung menyebabkan hilangnya kapasitas paru yang akan menimbulkan tahanan vaskuler paru meningkat untuk memompa darah maka terjadi tachicardi, dengan nadi kuat dan ireguler.
3)            Sistem gastrointestinal
Penurunan suplai oksigen pada sistem gastrointestinal akan merangsang nervus vagus dalam penyampaian reflek lokal ke vaso vagal, impuls ke medula oblongata melalui eferen vagus dan lambung sehingga terjadi peningkatan produksi asam lambung dan menyebabkan mual.
4)            Sistem muskuloskeletal
Menurunnya suplai oksigen akan menghambat pembentukan ATP yang akan disintesa ADP sehingga sumber energi menjadi lemah, tonus otot menurun akan mengalami keterbatasan gerak
5)            Sistem integumen
Suplai oksigen ke jaringan menurun akan mereduksi hemoglobin dapat menimbulkan sianosis, yang akan tampak jelas pada daerah kuku, ujung jari, bibir dan mukosa lidah.
6)            Sistem persyarafan
Kebutuhan dalam otak yang normal 33 cc/gr/menit, bila kurang dari itu dapat menimbulkan kematian dalam waktu 4-5 menit. Maka bila oksigen tidak adekuat akan menimbulkan ngantuk, sakit kepala, sampai dengan kehilangan kesadaran.

No comments:

Post a Comment