Monday 27 June 2016

Makanan Pendamping ASI



Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.
Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001:17).
Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Disamping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan (setengah padat) (Arisman, 2004:19).
Selain itu saat bayi berumur enam bulan ke atas, sistem percernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam bulan. Ada dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-12 bulan (As’ad, 2002:46) :
a.             Untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik
b.             Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik.
Makanan untuk anak usia 0-12 bulan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (As’ad, 2002:49) :
a.             Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur
b.             Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera makan
c.             Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faali anak
d.            Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan.
Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat. Resiko pemberian makanan padat sebelum umur adalah :
a.             Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
b.             Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
c.             Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan
d.            Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan
e.             Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanannya.
Sebaliknya, penundaan pemberian makanan padat menghambat pertumbuhan jika energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi kebutuhannya.
Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : nilai energi dan kandungan protein cukup, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Makanan tambahan pada bayi hendaknya juga bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan (Depkes, 2000).
1.             Pola Pemberian Makanan Anak Usia 0-24 Bulan
a.             Makanan Bayi Umur 0-6 bulan
Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya (Depkes, 2000:29).
Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari). Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin, air teh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui.
b.             Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan
1)             Pemberian ASI diteruskan
2)             Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki refleks mengunyah. Contoh makanan pendamping ASI terbentuk halus antara lain bubur susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang lainnya.
3)             Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin.
4)             Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan tersebut.
c.             Makanan Bayi Umur 9-12 Bulan
1)             Pemberian ASI diteruskan
2)             Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim saring/bubur campur saring dengan frekuensi dua kali dalam sehari
3)             Untuk mempertinggi nilai gizi dalam makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4)             Kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
5)             Berikan makanan selingan satu kali sehari, dipilih makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo, buah dan lain-lain dan diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.
6)             Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari (Depkes, 2000:34).

No comments:

Post a Comment