Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang
diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak
lagi memenuhi gizi bayi. Pemberian makanan pendamping dilakukan secara
berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan bayi mengunyah dan menelan serta
menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.
Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan
bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah,
buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat
(Sulistijani, 2001:17).
Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan
bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan
setengah padat. Disamping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat
tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan tangan
untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah, bahwa pada saat
tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan (setengah padat) (Arisman, 2004:19).
Selain itu saat bayi berumur enam bulan ke atas, sistem
percernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa
enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan
sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat ia berumur enam bulan. Ada
dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-12 bulan (As’ad, 2002:46) :
a.
Untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik
b.
Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan
hidup yaitu untuk pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan,
pertumbuhan, perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik.
Makanan untuk anak usia 0-12 bulan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut (As’ad, 2002:49) :
a.
Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi
sesuai dengan umur
b.
Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu
seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera
makan
c.
Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya
terima, toleransi dan keadaan faali anak
d.
Memperhatikan kebersihan perorangan dan
lingkungan.
Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur
yang tepat. Resiko pemberian makanan padat sebelum umur adalah :
a.
Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga
menjurus ke obesitas
b.
Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat
dalam makanan tersebut
c.
Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan
nitrat yang dapat merugikan
d.
Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan
terdapat zat pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan
e.
Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau
penyimpanannya.
Sebaliknya, penundaan pemberian makanan padat menghambat
pertumbuhan jika energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi
lagi kebutuhannya.
Makanan tambahan untuk bayi sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut : nilai energi dan kandungan protein cukup, dapat
diterima dengan baik, harganya relatif murah, sebaiknya dapat diproduksi dari
bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Makanan tambahan pada bayi hendaknya
juga bersifat padat gizi dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar
dicerna sedikit mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan
mengganggu pencernaan (Depkes, 2000).
1.
Pola Pemberian Makanan
Anak Usia 0-24 Bulan
a.
Makanan Bayi Umur 0-6 bulan
Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI
Eksklusif). Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama
30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari kedua payudara. Berikan ASI dari satu
payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya (Depkes, 2000:29).
Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan
pada bayi. Walaupun jumlahnya sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi
pada hari-hari pertama. Waktu dan lama menyusui tidak perlu dibatasi dan
frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang, dan malam hari).
Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin,
air teh, madu, pisang dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena
sangat membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui.
b.
Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan
1)
Pemberian ASI diteruskan
2)
Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki refleks
mengunyah. Contoh makanan pendamping ASI terbentuk halus antara lain bubur
susu, biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan.
Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi
sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk
beberapa hari secara tetap, kemudian baru dapat diberikan jenis MP-ASI yang
lainnya.
3)
Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu
baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin.
4)
Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan
dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi pemberiannya pada waktu bayi lapar,
sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi terbiasa dengan rasa makanan
tersebut.
c.
Makanan Bayi Umur 9-12 Bulan
1)
Pemberian ASI diteruskan
2)
Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek
yaitu berupa nasi tim saring/bubur campur saring dengan frekuensi dua kali
dalam sehari
3)
Untuk mempertinggi nilai gizi dalam makanan, nasi
tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber zat lemak, yaitu santan
atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan
zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4)
Kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara
berangsur, lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
5)
Berikan makanan selingan satu kali sehari,
dipilih makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang ijo,
buah dan lain-lain dan diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri agar
kebersihannya terjamin.
6)
Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam
bahan makanan. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak usia dini akan
berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat dikemudian hari (Depkes,
2000:34).
No comments:
Post a Comment