1. Pengertian
“Gastritis merupakan suatu proses peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi Gastritis Superfisial Akut dan Gasteritis Atropik Kronik”. (Price. A, 1995 : 376).
“Gastritis
merupakan imflamasi dari mukosa lambung”. (Mansjoer dkk, 1999 : 492).
“Gastritis
ialah suatu peradangan suatu mukosa lambung yang bersifat akut, maupun kronik”.
(Hirlan, 2001 : 127)
Penulis
dapat menyimpulkan bahwa Gastritis merupakan suatu proses peradangan lambung
akibat inflamasi mukosa lambung yang bersifat akut, kronik dan lokal.2. Klasifikasi
Gastritis dibagi menjadi
2 bagian :
a. Gastritis akut
adalah suatu peradangan pada mukosa lambung yang perjalanan penyakitnya
biasanya ringan, gasteritis akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri,
walaupun demikian kadang – kadang dapat menyebabkan kedaruratan medis, yakni
perdarahan saluran cerna atas.
b.
Gastritis
kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun
(Hirlan, 2001 : 130).3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang
di abdomen atas tepat dibawah diafragma 25 cm dengan lebar 10 cm, ukuran dapat
bertambah tergantung dari isi dan ukuran tubuh. Dalam keadaan kosong lambung
berbentuk tabung, dan apabila penuh berbentuk buah alpukat. Kapasitas normal
lambung 1–2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus dan antrum
politikum atau pilorus. Sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan karvatura
minor, dan bagian kiri lambung terdapat karvatura mayor. Sfingter pada kedua
ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter cardia atau sfingter
esofagus bawah mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah rufluks
isi lambung, memasuki esofagus kembali daerah lambung tepat pembukaan sfingter
cardia dikenal dengan nama daerah cardia. Disaat sfingter filorikum berelaksasi
makanan masuk ke duedenum, dan ketika berkontraksi ini akan mencegah terjadinya
aliran balik isi usus halus kedalam lambung.
Lambung terdiri dari 4 lapisan :
1) Tunika serosa : lapisan luar yang merupakan bagian luar
dari peritonium viseralis. Dua lapisan peritonium viseralis menyatu pada
karvatura minor lambung dan duedenum dan terus memanjang kearah hati, membentuk
ometum minus. Lipatan peritoneum yang keluar dari satu organ menuju ke organ
lain disebut sebagai ligamentum.2) Muskularis : tersusun dari 3 lapisan : lapisan longitudinal dibagian luar, lapisan sirkular ditengah, dan lapisa oblik dibagian dalam. Susunan serat otot yang unik memungkinkan sebagai kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel – partikel yang kecil. mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung, dan mmendorongnya ke arah duedenum.
3) Sub mukosa : terdiri dari jaringan areolar, jarang yang menghubungkan jaringan mukosa dan lapisan muskularis. Jaringan ini memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltik. Lapisan ini juga mengandung pleksus saraf, pembuluh darah, dan saluran limpe.
4)Mukosa : pada lapisan mukosa lambung, terdapat lipatan – lipatan yang tersusun secara longitudinal yang disebut rongga memungkinkan lambung meregang bila bolus mengisi lambung selama 2 – 6 jam. Perlahan – lahan mengalami digesti dan sedikit demi sedikit turun ke duodenum.
b. Fisiologi
Fungsi lambung, antara lain :
1)
Fungsi motorik
Lambung
menampung bolus dicerna sedikit demi sedikit, disamping menampung, lambung juga mencegah bolus
menjadi partikel – partikel kecil dan mencampurnya cairan / getah lambung.
Bolus yang sudah tercampur cairan lambung disebut kimus.
2) Fungsi sekresi dan digesti.
Lambung
menghasilkan cairan lambung 2 –3 liter per hari. Cairan lambung mengandung air
elektrolit clorida (HCL). Mukus, enzim pencernaan (amilase, lipase, pepsin)
serat faktor intrinsik. Proses digesti didalam lambung sudah berlangsung,
meskipun kadarnya masih sedikit. Protein dipecah oleh amilase lambung menjadi
maltosa atau glukosa, sedangkan lipid tidak mengalami digesti yang berarti oleh
karena suasana cairan lambung yang asam menyebabkan enzim ini tidak aktif. pH
lambung 1,5 – 2,5 sementara lipase bekerja optimal pada suasana netral sampai
alkali, sekresi pepsin dan HCL yang akan merubah protein tadi diatur oleh
hormon dan sekresi gastrin sangat tergantung pada kandungan protein dan makanan
: peregangan antrum dan rangsangan vagus.
4.
Patofisiologi
Obat-obatan,
alkohol, garam, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung
(gastritis erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan
difusi kembali asam dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan
peradangan. Respon mukosa lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut
adalah dengan regenerasi mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut sering
kali menghilang dengan sendirinya.
Dengan iritasi yang
terus menerus, jaringan menjadi meradang dan terinfeksi kemudian terjadi
perforasi sehingga dapat terjadi pendarahan, pendarahan yang terus menerus akan
terjadi hematemesis dan melena.
Masuknya zat-zat
asam dan basa yang bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada
dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi
dinding lambung dengan akibat berikutnya pendarahan dan peritonitis.
Gastritis kronis
dapat menimbulkan keadaan dengan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan
mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarna abu-abu, abu-abu kehijauan
(gastritis atropik). Hilangnya mukosa lambung akan berakibat kurangnya sekresi
lambung dan timbulnya anemia pernisiosa. Gastritis atropik boleh jadi merupakan
pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronis dapat pula terjadi bersamaan
dengan usus peptikum atau mungkin setelah tindakan gastroyeyunostomi.
5.
Etiologi
a.
Faktor infeksi
Infeksi bakteri seperti echercia coli
dan compalabacterpylory.
b.
Faktor makanan
Makanan asam,
pedas, dan makanan siap saji yang banyak mengandung bumbu seperti lada dan
cuka..
c.
Faktor
psikologis
Stress dan cemas.
d.
Faktor obat –
obatan.
Obat-obatan anti
implamasi non steroid
e.
Puasa yang
lama
f.
Alkohol
g.
Gangguan mikro
sirkulasi mukosa lambung ; trauma
h.
Terapi radiasi
6.
Gejala klinik
gastritis.
“Permulaan penyakit mendadak
disertai nyeri epigastrium, mual dan muntah. Klien gelisah dan sulit tidur,
keadaan tersebut mengakibatkan klien lemah. Suhu tubuh rendah dampak dari kurangnya intake
cairan dan makanan kedalam tubuh. Pada sebagian
penderita ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena akibat pengikisan mukosa lambung yang terlalu lama disusul tanda – tanda
anemia pasca perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesis lebih dalam terdapat
riwayat penggunaan obat – obatan dan bahan kimia tertentu”. (Arif Mansjoer,
1999 : 492).
7.
Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada penderita gastritis antara lain :
a.
Perdarahan
saluran cerna bagian atas.
b.
Terjadi ulkus
kalau prosesnya berat
c.
Anemia
pernisiosa.
d.
Ketidak
seimbangan elektrolit
e.
Dehidrasi
f.
Peritonitis
g.
Karsinoma
lambung
h.
Malnutrisi
energi – energi protein akibat muntah jika lama atau kronik.
8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara garis besar pada
gastritis, sebagai berikut :
a.
Pemberian obat
yang menetralkan atau mengurangi asam lambung seperti :
1)
Antasid
2)
Kolinergik
3)
Reseptor Hl
4)
Sebagai
sitoprotektor berupa sukralpat dan prostaglandin.
b.
Pemberian diet
dalam fase akut maupun kronik biasa diberikan bubur dan makanan lunak, makanan
yang tidak pedas.
9.
Dampak
gastritis terhadap kebutuhan dasar manusia dan perubahan sistem tubuh
a.
Dampak
terhadap kebutuhan dasar manusia
1)
Gangguan
pemenuhan nutrisi
Karena adanya peningkatan HCL
menimbulkan adanya rangsangan pada nervus vagus dalam penyampaian reflek lokal
ke vaso vagal impuls masuk ke aferen lalu ke lambung dan terjadi mual, muntah
dan anoreksia.
2)
Gangguan
eliminasi
Pada klien gastritis biasanya terjadi
mual, muntah yang mengakibatkan distensi abdomen. Nyeri tekan dan mukosa
lambung menjadi tipis akibat peradangan. Hal ini akan mengakibatkan BAB tidak
lancar dan faktor sekresi mengalami gangguan sehingga akan terjadi anemia
pernisiosa maupun pendarahan.
3)
Gangguan
istirahat tidur
Adanya stimulus nyeri yang merangsang
susunan syaraf otonom mengaktifkan norepinephrine sehingga syaraf simpatis
terangsang untuk megaktifkan kerja organ tubuh maka REM menurun dan menyebabkan
klien sering terjaga
4)
Gangguan
aktivitas
Intake nutrisi yang kurang menyebabkan
tubuh kekurangan zat nutrisi, hal ini menyebabkan energi yang terbentuk dari
hasil metabolisme kurang dari kebutuhan sehingga menyebabkan kelemahan fisik
dan klien tidak bisa melakukan aktifitas secara mandiri.
b.
Dampak
terhadap sistem tubuh
1)
Sistem
pencernaan
Pada sistem ini terjadi mual, muntah,
nyeri pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya, pada kasus yang sangat berat gejala yang mencolok adalah hematemesis
dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah.
2)
Sistem
kardiovaskuler
Apabila mengalami pendarahan yang hebat
akan menimbulkan tanda dan gejala yang hemodinamik yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi, sampai hilang darah
3)
Sistem
integumen.
Akibat dehidrasi maka berpengaruh pada turgor kulit, sehingga kulit
kehilangan elastisitasnya karena
pengaruh dari kehilangan natrium
dan air.
4)
Sistem
pernafasan
Akibat adanya penurunan tekanan darah /
suplai O2 kejaringan kurang sehingga pernafasan biasanya menjadi
lambat dan dangkal.
5)
Sistem
neurologis
Akibat adanya dehidrasi berat, kaji
tingkat kesadaran karena pada dehidrasi berat biasanya terjadi koma.
6)
Sistem
muskuloskeletal
Akibat dehidrasi sirkulasi darah ke
perifer berkurang, hal ini
bisa menimbulkan cyanosis pada ujung –
ujung ekstremitas, akral dingin, pada keadaan dehidrasi berat pergerakan menjadi lemah.
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastritis
“Proses
keperawatan merupakan suatu sistem dalam pelayanan asuhan keperawatan yang
mempunyai tahap terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi”. (Barbara C. long,1996:53).
Adapun asuhan
keperawatan pada klien dengan gastritis sebagai berikut :
1.
Pengkajian
“Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan, dimana dalam tahap ini perawat melakukan pengkajian data yang
diperoleh dari wawancara, laporan, catatan keperawatan, atau catatan kesehatan
yang lain dan pengkajian fisik”. (Priharjo R, 1996 : 1).
a.
Pengumpulan
data
Pengumpulan data
merupakan pengumpulan informasi tentang klien baik dengan wawancara,
pemeriksaan fisik, maupun studi dokumentasi.
1)
Identitas
a)
Identitas
klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, nomor medrek,
tanggal masuk, tanggal
pengkajian,
diagnosa medis, alamat.
b)
Identitas
keluarga meliputi : Nama, Umur, Pendidikan, Agama , Pekerjaan, Alamat.
2)
Riwayat
kesehatan
a)
Riwayat
kesehatan sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya
keluhan sampai dirawat di rumah sakit, yang berkaitan dengan :
(1)
Keluhan utama
:
Keluhan yang dirasakan oleh klien
adalah nyeri disertai mual dan muntah
(2)
Keluhan waktu
didata
Menceritakan keadaan pada saat dikaji dan
menjabarkan kejadian sampai terjadi
sakit seperti ini,
dengan menggunakan teknik PQRST.
P
|
:
|
Provokatif atau paliatif (apakah yang menyebabkan
gejala ? apa saja yang dapat mengurangi atau memperberatnya).
|
Q
|
:
|
Kualitas atau kuantitas (bagaimana gejala
dirasakan, nampak atau terdengar ?
sejauhmana anda merasakannya
sekarang ?)
|
R
|
:
|
Regional (area dimana gejala terasa ? Apakah
menyebar).
|
S
|
:
|
Skala (seberapakah keparahan dirasakan?)
|
T
|
:
|
Time (waktu kapan gejala timbul ? Sebarapa sering
gejala terasa?)
|
b)
Riwayat
kesehatan dahulu
Pada klien gastritis biasanya dilihat
dari pola hidupnya terutama dari faktor makanan seperti makanan asam dan pedas,
bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis yang penuh dengan stress.
c)
Riwayat
kesehatan keluarga
Biasanya pada klien gastritis bukan
disebabkan karena faktor keturunan, akan tetapi disebabkan oleh faktor
predisposisi dari pola makan yang kurang sehat.
3)
Pemeriksaan
fisik
a)
Keadaan umum :
Biasanya klien tampak lemah
b)
Sistem
pernafasan
Pernafasannya menjadi lambat dan
dangkal, tidak terdapat bunyi tambahan seperti wheezing dan ronchi, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung.
c)
Sistem
cardiovaskuler
Bunyi jantung I dan II murni reguler,
pada saat dipalpasi frekuensi denyut nadi bisa cepat, konjungtiva pucat dan
hipotensi.
d)
Sistem
Pencernaan
Bibir kering, nafsu makan kurang, BAB
tidak lancar, ada nyeri tekan pada epigastrium.
e)
Sistem
persyarafan
Tingkat kesadarannya (GCS) berada dalam
keadaan normal atau composmentis.
f)
Sistem
penglihatan
Sistem penglihatannya tidak terganggu,
fungsi penglihatan normal.
g)
Sistem
pendengaran
Sistem pendengarannya tidak terganggu.
h)
Sistem
integumen
Dapat ditemukan kulit tampak kering,
kuku cyanosis, berkeringat dingin (diaphoresis), kulit kehilangan elastisitas.
i)
Sistem
muskuloskeletal
Ujung-ujung ekstremitas cyanosis, ada
kelemahan atau penurunan tonus otot serta pergerakan menjadi lemah karena
sirkulasi darah ke perifer berkurang.
j)
Sistem
perkemihan
Tidak ada nyeri tekan pada ginjal,
pengeluaran urine lancar.
k)
Sistem
endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar
tyroid dan tidak ada peninggian glukosa dan getah bening.
l)
Sistem
reproduksi dan genetalia
Tidak ditemukan kelainan pada sistem
reproduksi, genetalia bersih, tidak terdapat peradangan dan pembengkakan pada
genetalia.
4)
Aspek biologis
a) Makan dan minum
Nafsu makan kurang, adanya mual dan
muntah dikarenakan peningkatan produksi asam lambung. Selain itu terjadi adanya
peningkatan IWL yang mengakibatkan klien malas untuk minum.
b) Eliminasi
BAB : Konsistensi
biasanya padat, warna kuning trengguli dan tidak lancar.
BAK : Frekuensi
normal, warna kuning jernih dan lancar.
c) Istirahat tidur
Klien dengan gastritis biasanya
mengeluh sulit tidur karena adanya stimulus nyeri yang merangsang susunan
syaraf otonom yang mengaktifasi noreprinephrine, sehingga syaraf simpatis
terangsang untuk mengaktifkan kerja organ tubuh dan menurunkan REM serta
menyebabkan klien sering terjaga.
d) Personal hygiene
Dari peningkatan asam lambung
menyebabkan mual, muntah dan anoreksia sehingga metabolisme tubuh menurun dan
energi yang dihasilkan berkurang, akibatnya klien lemah dan kebutuhan personal
hygiene tidak terpenuhi.
e) Pola aktifitas
Klien dengan gastritis biasanya intake
nutrisinya berkurang sehingga tubuh kehilangan zat nutrisi, hal ini menyebabkan
energi yang terbentuk dari hasil metabolisme kurang dari kebutuhan sehingga
menyebabkan kelemahan fisik dan klien tidak bisa melakukan aktifitas secara
mandiri.
5)
Aspek
psikologis
Masalah psikologis yang timbul cemas
karena takut penyakitnya tidak akan sembuh.
6)
Aspek sosial.
Perlu dikaji hubungan klien dengan
pasien lain, keluarga dan masyarakat, peran dan fungsi klien sebagai anak,
suami, istri atau tulang punggung mata pencaharian keluarga.
7)
Data
spiritual.
Yaitu pengharapan hidup klien dan
seberapa besar keyakinan klien terhadap agamanya.
8)
Data
penunjang.
a)
Laboratorium
Haemoglobin, trombosit, eritrosit,
hematokrit, glukosa sewaktu, ureum, kreatinin.
b)
Foto sinar X
(Rontgen)
Untuk pemeriksaan gasteritis yang sudah
kronik untuk mengetahui apakah adanya tukak lambung atau karsinoma.
b.
Analisa data
Merupakan suatu proses pikir yang meliputi kegiatan
pengelompokan data dan menginterprestasikan kelompok data itu dan membandingkan
dengan standar yang normal serta menentukan masalah yang merupakan suatu
kesimpulan.
Data Senjang
|
Penyebab
|
Masalah
|
||||||||||||
DO :
-
Ekspresi
wajah meringis tegang
-
Gelisah
-
Pola makan
tidak teratur
-
Suka makanan
pedas
|
Pola makan tidak teratur dan suka makanan pedas
Merangsang peningkatan asam lambung
Merangsang pengeluaran zat bradikinin, serotinin,
dan histamin (yang menyebabkan peradangan pada lambung)
Dihantarkan ke thalamus
Persepsi nyeri
|
Gangguan rasa
nyaman nyeri
|
||||||||||||
DO :
-
Muntah
-
Porsi makan
tidak habis
|
Kurangnya intake makanan
Lambung kosong
Peningkatan asam lambung
Mukosa lambung teriritasi
Merangsang modula vomiting centre
Mual
Intake nutrisi tidak adekuat
|
Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
|
||||||||||||
DO :
-
Muntah-muntah
|
Klien muntah-muntah
Pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih
dari dalam tubuh
Keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu
|
Potensial
keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan
|
||||||||||||
DO :
-
Mata merah
-
Klie tampak
lesu
-
Gelisah
|
Stimulus nyeri
Merangsang susunan syaraf otonom mengaktifasi
norepinephrin
Syaraf simpatis terangsang untuk mengaktifkan
kerja organ tubuh
REM menurun
Pasien terjaga
|
Gangguan pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur
|
||||||||||||
DO :
-
ADL dibantu
-
Klien
terlihat lemas
|
Intake nutrisi yang kurang
Tubuh kekurangan zat nutrisi
Energi yang terbentuk dari hasil metabolisme akan
berkurang
Kelemahan fisik
|
Gangguan aktivitas
|
2.
Diagnosa
keperawatan.
“Suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
dari individu atau kelompok yang mana perawat dapat mengidentifikasi dan
merencanakan tindakan tertentu untuk mempertahankan status kesehatan” (Carol
Vesta Allen, 1998 : 67).
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah :
a.
Gangguan rasa
nyaman nyeri yang berhubungan dengan peradangan pada mukosa lambung.
b.
Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan asam lambung
c.
Potensial
keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan.
d.
Gangguan
pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan stimulus nyeri.
e.
Gangguan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3.
Perencanaan
Perencanaan adalah tindakan
yang ditentukan dengan maksud tertentu agar kebutuhan terpenuhi secara optimal.
Perencanaan ini meliputi : tujuan, kriteria, rencana, rasional. Rencana
tindakan yang akan dilakukan adalah :
a.
Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa lambung
1)
Tujuan :
Mengurangi rasa nyeri di sekitar abdomen
2)
Kriteria :
klien tidak meringis kesakitan
3)
Intervensi dan
rasional
Intervensi
|
Rasional
|
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya,
intensitasnya
|
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus
dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu
mendiagnosa etiologi pendarahan dan terjadinya komplikasi
|
b. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri
|
Membantu dalam mendiagnosa dan kebutuhan therapi
|
c. Catat petunjuk nyeri non verbal, contoh :
gelisah, menolak bergerak, takikardi, berkeringat sedikit, ketidaksesuaian
antara petunjuk verbal dan non verbal
|
Petunjuk non verbal dapat berupa fisiologis dan
psikologis dan dapat digunakan dalam menghubungkan petunjuk verbal untuk
mengidentifikasi luas / beratnya masalah
|
d. Berikan makan sedikit tetapi sering seuai
indikasi untuk pasien
|
Makanan mempunyai efek menetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster, makanan sedikit mencegah distensi abdomen
|
e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan
ketidaknyamanan
|
Makanan khusus yang menyebabkan distress
bermacam-macam antara individu, penelitian menunjukkan merica berbahaya dan
kopi (termasuk kafein) dapat menimbulkan dyspepsia
|
f. Berikan obat analgetik jika dibutuhkan dan sesuai
nyeri yang dirasakan klien
|
Klien dapat menilai intensitas nyeri sebab nyeri
adalah pengalaman subyektif.
|
g. Pantau tanda-tanda vital
|
Untuk mengenal indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
|
b.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan asam lambung.
1)
Tujuan :
menstabilkan berat badan
2)
Kriteria :
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
3)
Intervensi dan
rasional
Intervensi
|
Rasional
|
a. Kaji rasa mual, muntah yang dialami klien.
|
Pengkajian ini dilakukan untuk mengatasi gangguan
yang timbul
|
b. Berikan makanan porsi sedikit tapi sering
|
Mencegah rasa cepat kenyang pada lambung dan
dengan pemasukan berkala, lambung akan siap mengolah dengan sering sehingga
diharapkan nutrisi terpenuhi
|
c. Informasikan makanan yang tidak boleh dimakan
pada penderita gastritis
|
Informasi ini penting bagi keluarga agar tidak
bertindak salah dalam memberikan makanan
|
d. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat
nutrisi
|
Peningkatan pemahaman keluarga atau klien
diharapkan untuk memotivasi supaya mau makan
|
e. Berikan obat antiemetik parenteral
|
Antipiretik mencegah muntah dengan menghambat
rangsangan terhadap pusat muntah
|
f. Timbang berat badan setiap hari dengan
menggunakan pakaian yang sama dan timbangan yang sama
|
Untuk mengetahui kecukupan nutrisi
|
g. Singkirkan pemandangan dan bau yang kurang sedap
di area makanan
|
Agar tidak merangsang mual dan mengurangi nafsu
makan klien
|
c.
Potensial
keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya cairan
yang berlebihan.
1)
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
2)
Kriteria :
Klien tidak dehidrasi (selaput mukosa dan kulit lembab, turgor kulit baik).
3)
Intervensi dan
rasional
Intervensi
|
Rasional
|
a. Monitor tetesan cairan infus
|
Cairan yang mengandung elektrolit mencegah
dehidrasi
|
b. Ukur dan catat intake out put cairan setiap hari
|
Untuk mengetahui cairan keseimbangan tubuh.
|
c. Ukur dan catat tanda – tanda vital
|
Untuk mengetahui kelebihan cairan pada pasien
dengan resiko tinggi
|
d. Timbang berat badan klien tiap hari
|
Penimbangan berat badan setiap hari diharapkan
dapat mendeteksi kehilangan cairan
|
e. Anjurkan untuk mempertahankan antake oral
|
Dengan mempertahankan intake oral diharapkan
kebututhan cairan klien terpenuhi
|
f. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan ukuran
haluan urine dengan akurat
|
Klien tidak mengkonsumsi cairan yang sama sekali
mengakibatkan dehidrasi atau mengganti cairan untuk masukan kalori yag
berdampak pada keseimbangan cairan elektrolit
|
d.
Gangguan
pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri.
1)
Tujuan : Dapat
tidur sesuai dengan kebutuhannya.
2)
Kriteria :
Klien tidak terlihat lemah.
3)
Intervensi dan
rasional
Intervensi
|
Rasional
|
a. Tetapkan apakah nyeri terjadi pada malam hari atau pada siang
hari
|
Saat nyeri datang tibab – tiba akan membangunkan
klien dimalam hari
|
b. Kaji kebiasaan klien pada saat akan tidur
|
Tidur klien tidak terjaga dan dapat istirahat
sesuai dengan kebutuhannya
|
c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
|
Meningkatkan relaksasi sehingga dapat mengurangi
stressor emosional dan memudahkan perangsangan tidur
|
e.
Gangguan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1)
Tujuan : Klien
dapat beraktivitas secara optimal.
2)
Kriteria :
Klien terlihat segar, ADL terpenuhi.
3)
Intervensi dan
rasional
Intervensi
|
Rasional
|
a. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak pada
ekstremitas
|
Rentang gerak aktif meningkatkan massa, tonus,
danm kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
|
b. Secara bertahap bantu keaktivitas fungsional
sesuai indikasi
|
Mendorong klien untuk melakukannya secara teratur
|
c. Kaji respon klien terhadap aktivitas
|
Mengetahui indikator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan aktfitas
|
d. Instruksikan pada klien tentang teknik
penghematan energi
|
Teknik penghematan energi untuk mengurangi
pengematan energi.
|
4.
Implementasi
“Implementasi
adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang meliputi tindakan
– tindakan yang direncanakan oleh perawat dengan melihat perkembangan klien”.
(Carol Vestal Allen, 1998 : 105).
5.
Evaluasi
“Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan rencana perawatan dalam
memahami kebutuhan klien. Evaluasi dilakukan apakah tujuan asuhan keperawatan
sudah tercapai atau belum. Masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu
dikaji, direncanakan dan dinilai kembali”. (Carol Allen, 1998 : 123).
6.
Catatan
perkembangan
Catatan perkembangan merupakan pengkajian ulang
dari rencana keperawatan melalui perkembangan komponen SOAPIER. Pembahasannya
sebagai berikut :
S
: Subyek, merupakan data – data
mengenai hal – hal yang dikeluhkan klien
atau keluarga.
O
: Objek, merupakan data yang didapatkan
melalui pengamatan atau pemeriksaan langsung pada klien.
A
: Analisa, merupakan kesimpulan dan
pengamatan terhadap subyek dan objek kajian.
P
: Planning / perencanaan, merupakan
upaya lanjutan dalam rangka menindak lanjuti masalah – masalah kesehatan klien.
I
: Implementasi, merupakan kegiatan yang
nyata yang dilakukan oleh perawat dalam mengatasi masalah – masalah kesehatan
klien.
E
: Evaluasi, merupakan penilaian terhadap tindakan yang telah diberikan.
R
: Reasessment, merupakan pengkajian ulang terhadap penilaian yang telah
diberikan
No comments:
Post a Comment