Susu Formula
“Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar (mammae) baik binatang maupun seorang ibu. Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya tidak mengandung antibody, sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim, hormone dan factor pertumbuhan” (Roesli, 2000).
a.
Jenis-Jenis Susu Formula
Susu formula terbuat dari susu sapi,
susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah sedemikian rupa
sehingga mendekati susunan zat gizi dalam ASI. Di Indonesia telah beredar
berbagai macam susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi susu
formula dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut:
a.
Susu formula “adapted”
“Adapted”
berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya
sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir
sampai umur 4 bulan. Formula “adapted”
yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex dan
Enfamil.
b.
Susu formula “complete starting”
Susunan zat gizi dalam susu formula
ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu awal (permulaan).
Berbeda dengan susu formula “adapted”,
kadar protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula “adapted”, karena cara pembuatan susu
formula “complete starting” lebih
mudah dibandingkan dengan susu formula “adapted”
maka harga susu formula “complete
starting” lebih murah. Susu formula “complete
starting” yang beredar di Indonesia antara lain: SGM-1, Lactogen-1, dan New
Camelpo.
c.
Susu formula “follow-up”
Pengertian “follow-up” dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti
susu formula yang sedang digunakan dengan dengan susu formula “follow-up”. Susu formula ini digunakan
pada bayi yang berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula ini
mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula “follow-up” yaitu antara
lain: Lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima (Muchadi, 2001).
b.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Susu Formula Pada
Bayi
“Susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang terbaik pada
keadaan tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu
formula pada bayi karena dalam keadaan-keadaan tertentu. Yang termasuk kedaan
tertentu yaitu: keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibu tidak
mampu menyusui karena suatu penyakit tertentu seperti: TBC, AIDS. Pada ibu yang
dengan waktu yang tidak memungkinkan untuk menyusui bayi dikarenakan pekerjaan
ibu, susu formula sebagai pengganti ASI dan pelengkap ASI jika produksi susu
tidak mencukupi dan seperti bayi yang diadopsi yang harus diberikan susu
formula sabagai ganti dari ASI” (Muchadi, 2001).
c.
Komposisi Susu Formula
Susu
sapi (susu formula) dan ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan casein. Whey adalah
protein halus, lembut, dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya
kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein susu yang yang
utama adalah whey, sedangkan susu sapi yang utama adalah casein, ASI mengandung
alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi
mengandung lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan
alergi. Susu sapi tidak mengandung taurin, taurin adalah protein otak, susunan
saraf juga penting untuk pertumbuhan retina, mengandung kalsium, sedikit
mengandung zat besi, mengandung natrium, kalium, fosfor dan chlor dan susu
formula tidak terdapat sel darah putih, zat pembunuh bakteri anti bodi,
mengandung enzim, hormon dan juga tidak mengandung faktor pertumbuhan.
d.
Masalah gizi pada bayi yang diberi susu formula
Susu
formula terbuat dari susu sapi ataupun kedelai yang diperuntukkan khusus untuk
bayi. Teknologi pembuatan susu formula dikembangkan secara terus-menerus,
tetapi walaupun demikian, susu formula tidak dapat menyamai ASI.
Komposisi
gizi ASI menyediakan kekebalan tambahan terhadap infeksi kecil sekali
menyebabkan alergi.
Zat-zat
utama ASI antara lain : gula (laktosa), protein yang mudah dicerna (air dadi
dan kasein), lemak (asam lemak yang mudah dicerna), selain itu ada banyak
mineral, vitamin dan enzim yang dapat membantu proses pencernaan. Susu formula
hanya dapat mendekati kombinasi ini, dan tidak dapat memberikan enzim, antibody
serta zat-zat lain yang sangat berharga seperti pada susu ibu (Muchadi, 2001)
e.
Dampak-dampak Pemberian Susu Formula
Berbagai dampak negatif yang terjadi
pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antan lain :
a.
Pencemaran
Susu buatan sering tercemar bakteri,
terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi
minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan. Susu formula sendiri tidak termasuk kategori produk yang steril sehingga
tidak ada produk susu formula yang benar-benar bebas dari kontaminasi bakteri.
Bakteri Enterobacter Sakazakii
sendiri dapat mengeluarkan Endotoksin yang akan menyebabkan diare, enteritis
(radang usus), sepsis (infeksi menyeluruh yang disebabkan oleh hasil
proses pembusukan), dan meningitis (peradangan pada selaput otak dan
sumsum tulang belakang)
b.
Infeksi
Susu formula tidak mengandung
antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu
formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran nafas.
c.
Pemborosan
Ibu dari kelompok ekonomi rendah
mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin
memberi dalam jumlah lebih sedikit dan mungkin menaruh sedikit susu atau bubuk
susu kedalam botol, sebagai akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan
dan akhirniya dapat menyebabkan kurangnya gizi pada bayi
d.
Kekurangan Vitamin
Susu formula tidak mengandung vitamin
yang cukup untuk bayi. Menurut Muchadi (2001) ASI mengandung lebih banyak
vitamin C dan vitamin D.
e.
Kekurangan Zat Besi
Zat besi dari susu formula tidak
diserap sempurna seperti zat besi da ASL Bayi yang diberi minuman buatan
seperti susu formula dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
f.
Lemak Yang Tidak Cocok
Susu formula yang terbuat ddari susu
sapi mengandung banyak asam lemak jenuh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan
bayi yang sehat di perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup,
dan mungkin juga tidak mengandung kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak
dan sebagai penyebab kegemukan (obesitas) pada bayi, dan sebagian susu formula
tidak banyak mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi.
g.
Protein Yang Tidak Cocok
Susu formula mengandung terlalu
banyak kasein, Kasein mengandung
campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh
ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada
ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein
total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang
cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
h.
Tidak Bisa Dicerna
Susu formula Iebih sulit dicema
karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencema lemak. Karena susu formula
lambat dicerna maka Iebih lama untuk mengisi lambung bayi dari pada ASI,
akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat
menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras dan tebal (Muchadi, 2001).
i.
Alergi
Bayi yang diberi susu formula terlalu
dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya : asma. Penggunaan
susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya.
Menurut Nursalam (2005), ada 3 (tiga)
macam bahaya yang ditimbulkan akibat pemberian susu formula path bayi :
a.
Infeksi : dapat menyebabkan
bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali Iebih banyak terkena
diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena
bakteri.
b.
Oral moniliasis : infeksi yang
disebabkan jamur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada bayi yang
mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena moniliasis pada mulut
bayi.
c.
Marasmus gizi : suatu keadaan
gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein. Pengenceran susu
dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi
juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut
tidak terpenuhi.
No comments:
Post a Comment