Hospitalisasi
merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang
tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan
dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2009).
Suatu
proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali
kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami
kebiasaan yang asing, lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat
dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan
membuat stress anak meningkat. Maka asuhan keperawatan tidak hanya terfokus
pada anak tetapi juga pada orang tuanya (Newell, et.al, 2005 dalam http://masalawiners.blogspot.com/hospitalisasi-pada-anak
html, diperoleh tanggal 6/4/2011).
Penyakit dan
hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak.
Anak-anak sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi kerena
stress akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan, dan
anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan
stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stres utama dari
hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuh dan nyeri.
Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan
mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau
hospitalisasi
1.
Dampak
hospitalisasi terhadap anak
Hospitalisasi atau
sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress
dan tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan
keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stres
meliputi psikososial (berpisah dengan orang tua, keluarga lain, teman dan
perubahan peran), fisiologis (kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan
tidak mengontrol diri), lingkungan asing (kebiasaan sehari-hari berubah) Reaksi
orang tua, kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur,
pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak, frustasi karena kurang
informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familernya peraturan
rumah sakit (Wong, 2009).
Anak-anak dapat
bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama
hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan
lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan
tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi
a.
Faktor resiko individual
Sejumlah faktor resiko
membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress hospitalisasi
dibandingkan dengan lainnya. Mungkin kerena perpisahan merupakan masalah
penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif
dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila
dibandingkan anak yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak
yang menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat
memerlukan dukungan yang lebih banyak dari pada anak yang lebih aktif (Wong,
2009).
b.
Perubahan pada populasi pediatrik
Saat ini populasi
pediatrik dirumah sakit mengalami perubahan drastis, meskipun terdapat
kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan
bahkan mereka aakan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada
saat mereka di hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang
terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan enyebabkan kebutuhan mereka
menjnadi berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada
peningkatan jumlah pada anak-anak yang tumbuh dirumah sakit, rencana pemulangan
menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian
yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan
perkembangan anak di lingkungan rumah sakit (Wong, 2009).
2.
Keuntungan
Hospitalisasi
Meskipun
hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi
hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari
sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk
mengatasi stres dan merasa kompoten dalam kemampuan koping mereka (Wong, 2009).
3.
Respon
orang tua terhadap proses hospitalisasi
Respon keluarga
yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan untuk menanggapi
kebutuhan yang ada pada dirinya (kotler 1988). Perawatan anak dirumah sakit
tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa ada
sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat
bahwa perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan
stress pada orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh
penelitian-penelitian sebelumnya. Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees
orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit menurut Supartini
(2000) sebagai berikut :
a.
Kecemasan,
ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-was,
bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan
kecemasan harus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup orang
itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.
b.
Marah,
dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang, kesal,
jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan mengatasi dan
mengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari penyesuaian diri dan hal
ini merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang seperti ini, pelatihan
ketegasan dapat membantu : dianjurkan untuk mngungkapkan perasaan marah secara
tegas dan jelas bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas, dan tegas. Bila
kita berbagi perasaan maka hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi dan
mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang yang terlalu banyak dan tidak dapat
mengerem luapan amarahnya sehingga mereka menggangu orang lain.
c.
Sedih,
dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus asa,
iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu
lama maka timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa
sehingga timbul pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah
mengalami kehilangan dari sesuatu yang sangat disayangi, pengalaman tidak
berdaya sering mengakibatkan depresi.
d.
Stressor
dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak, jika anak harus
menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan
fungsi keluarga. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit
anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan
kekuatan ego individu, kemampuan koping, kebudayaan dan kepercayaan.
4.
Hospitalisasi
pada anak
Hospitalisasi bagi
anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengacam dan stressor. Bagi anak
hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka,
stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan
sehari-hari keterbatasan mekanisme koping (http//:www.zwani.com, diperoleh
tanggal 30 Juni 2011).
Reaksi anak
terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi : tingkat perkembangan usia,
pengalaman sebelumnya, support system dalam keluarga, keterampilan koping,
berat ringannya penyakit.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
berpisah dengan orang tua dan sibling, fantasi-fantasi dan tidak realistik ansietas tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing, binatang buas, gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan, nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, prosedur yang menyakitkan, takut akan cacat atau mati.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
berpisah dengan orang tua dan sibling, fantasi-fantasi dan tidak realistik ansietas tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing, binatang buas, gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan, nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, prosedur yang menyakitkan, takut akan cacat atau mati.
Bagaimana
mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak :
a.
Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan
pelaksanaan asuhan keperawatan
b.
Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan
keluarga.
c.
Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
d.
Beri dukungan pada anak dan keluarga
e.
Beri informasi yang adekuat.
5.
Peran
perawat dalam hospitalisasi pada anak
Perawat sangat
berperan dalam hospitalisasi,dimana perawat merupakan suatu sentral dalam
pelayanan sehat sakit. Fungsi peralatan kesehatan keluarga tidak hanya
merupakan suatu fungsi yang mendasar dan vital, melainkan fungsi yang memangku
suatu fokus dalam keluarga-keluarga yang sehat dan berfungsi dengan baik.
Signifikasi dari fungsi yang efektif dalam bidang ini menyatakan semakin banyak
keluarga menjalankan (Wong, 2009).
Perawat sangat berperan dalam proses
hospitalisasi, dimana perawat sangat berfungsi sebagai suatu fokus dalam
keadaan baik untuk individu, keluarga dan juga kelompok masyarakat. Bila
dilihat dari peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, konseling,
advokasi dan lain-lain maka yang banyak berperan untuk meningkatkan kesehatan
adalah perawat (Mubarak, dkk, 2006).
Perawat hendaknya
meningkatkan perannya dalam memberikan pelayanan pada anak dengan menunjukkan
raut wajah yang menis, menyapa anak secara ramah, menunjukkan sikap bersahabat
dan jujur dengan memberikan pengertian dan pemahaman dengan membujuk anak agar
mereka merasa yakin tindakan yang diberikan dan perawat hendaknya berusaha
sebaik mungkin untuk meminimalkan stress pada anak dengan bekerjasama dan
melibatkan orang tua untuk dapat berperan aktif dalam perawatan anak dengan
tinggal bersama anak selama 24 jam, perawat dapat memberi kesempatan
orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak
antara mereka dan perawat hendaknya dapat melakukan modifikasi ruang perawatan
menyenangkan dengan membuat dekorasi ruang perawatan yang bernuansa anak.
No comments:
Post a Comment