Monday 27 June 2016

Hospitalisasi



Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2009).
Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkunganya yang asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak meningkat. Maka asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya (Newell, et.al, 2005 dalam http://masalawiners.blogspot.com/hospitalisasi-pada-anak html, diperoleh tanggal 6/4/2011).
Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi kerena stress akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan, dan anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stres utama dari hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuh dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan mereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi
1.             Dampak hospitalisasi terhadap anak
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stres meliputi psikososial (berpisah dengan orang tua, keluarga lain, teman dan perubahan peran), fisiologis (kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri), lingkungan asing (kebiasaan sehari-hari berubah) Reaksi orang tua, kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak, frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familernya peraturan rumah sakit (Wong, 2009).
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk, selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakan tingkat kecemasan sebelum hospitalisasi
a.             Faktor resiko individual
Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya. Mungkin kerena perpisahan merupakan masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebih banyak dari pada anak yang lebih aktif (Wong, 2009).
b.             Perubahan pada populasi pediatrik
Saat ini populasi pediatrik dirumah sakit mengalami perubahan drastis, meskipun terdapat kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan bahkan mereka aakan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka di hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan enyebabkan kebutuhan mereka menjnadi berbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlah pada anak-anak yang tumbuh dirumah sakit, rencana pemulangan menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial dan perkembangan anak di lingkungan rumah sakit (Wong, 2009).
2.             Keuntungan Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompoten dalam kemampuan koping mereka (Wong, 2009).
3.             Respon orang tua terhadap proses hospitalisasi
Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya (kotler 1988). Perawatan anak dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwa perawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress pada orang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat di rumah sakit menurut Supartini (2000) sebagai berikut :
a.             Kecemasan, ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-was, bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan kecemasan harus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup orang itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.
b.             Marah, dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang, kesal, jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan mengatasi dan mengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari penyesuaian diri dan hal ini merupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang seperti ini, pelatihan ketegasan dapat membantu : dianjurkan untuk mngungkapkan perasaan marah secara tegas dan jelas bila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas, dan tegas. Bila kita berbagi perasaan maka hal ini dapat menguatkan relasi, isolasi dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orang yang terlalu banyak dan tidak dapat mengerem luapan amarahnya sehingga mereka menggangu orang lain.
c.             Sedih, dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus asa, iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu lama maka timbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa sehingga timbul pikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami kehilangan dari sesuatu yang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering mengakibatkan depresi.
d.            Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak, jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego individu, kemampuan koping, kebudayaan dan kepercayaan.


4.             Hospitalisasi pada anak
Hospitalisasi bagi anak dapat dianggap sebagai pengalaman yang mengacam dan stressor. Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka, stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari keterbatasan mekanisme koping (http//:www.zwani.com, diperoleh tanggal 30 Juni 2011).
Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi : tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya, support system dalam keluarga, keterampilan koping, berat ringannya penyakit.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak
berpisah dengan orang tua dan sibling, fantasi-fantasi dan tidak realistik ansietas tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan  diawali oleh situasi yang asing, binatang buas, gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan, nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit, prosedur yang menyakitkan, takut akan cacat atau mati.
Bagaimana mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak :
a.             Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
b.             Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
c.             Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
d.            Beri dukungan pada anak dan keluarga
e.             Beri informasi yang adekuat.
5.             Peran perawat dalam hospitalisasi pada anak
Perawat sangat berperan dalam hospitalisasi,dimana perawat merupakan suatu sentral dalam pelayanan sehat sakit. Fungsi peralatan kesehatan keluarga tidak hanya merupakan suatu fungsi yang mendasar dan vital, melainkan fungsi yang memangku suatu fokus dalam keluarga-keluarga yang sehat dan berfungsi dengan baik. Signifikasi dari fungsi yang efektif dalam bidang ini menyatakan semakin banyak keluarga menjalankan (Wong, 2009).
Perawat sangat berperan dalam proses hospitalisasi, dimana perawat sangat berfungsi sebagai suatu fokus dalam keadaan baik untuk individu, keluarga dan juga kelompok masyarakat. Bila dilihat dari peran dan fungsi perawat sebagai pendidik, pelaksana, konseling, advokasi dan lain-lain maka yang banyak berperan untuk meningkatkan kesehatan adalah perawat (Mubarak, dkk, 2006).
Perawat hendaknya meningkatkan perannya dalam memberikan pelayanan pada anak dengan menunjukkan raut wajah yang menis, menyapa anak secara ramah, menunjukkan sikap bersahabat dan jujur dengan memberikan pengertian dan pemahaman dengan membujuk anak agar mereka merasa yakin tindakan yang diberikan dan perawat hendaknya berusaha sebaik mungkin untuk meminimalkan stress pada anak dengan bekerjasama dan melibatkan orang tua untuk dapat berperan aktif dalam perawatan anak dengan tinggal bersama anak selama 24 jam, perawat dapat memberi kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antara mereka dan perawat hendaknya dapat melakukan modifikasi ruang perawatan menyenangkan dengan membuat dekorasi ruang perawatan yang bernuansa anak.

No comments:

Post a Comment