Sunday 26 June 2016

Pentingnya Zat Besi Bagi Ibu Hamil



Departemen Kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat tahun 2010, melalui Keputusa Menkes RI Nomor 574 / Menkes / SK / IV / 2000, visi ini menggambarkan bahwa pada tahun 2010, bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai harapan tersebut ini Departemen Kesehatan ini menuangkan visi barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidip sehat, dengan misi Membuat Masyarakat Sehat artinya dengan visi baru tersebut setiap usaha-usaha kesehatan di arahkan untuk menjamin masyarakat yang sehat dan produktif.
Menurut hasil SDKI tahun 2006, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 215,8/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 41,09/100.000 kelahiran hidup (www.depkes.co.id). Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pemerintah yaitu Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 16/100.000 kelahiran hidup (Saifuddin A.B, 2007).
Berdasarkan rencana strategi nasional Marking Prgenancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2010 disebutkan bahwa dalam kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. MPS mempunyai misi yaitu menurunkan AKI dan AKB, melalui pemantauan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang efektif berdasarkan kesehatan, bakat alamiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan BBL serta masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan nasional (Depkes RI, 1999).
Penyebab utama angka kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan (48,8%), eklampsia (17,9%) dan anemia berat (39%) yang akan diturunkan menjadi 20% pada tahun 2008 ( www.depkes.co.id). Di samping itu, angka kematian ibu dan perinatal yang tinggi di Indonesia sebagian besar akibat pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun (Manuaba, 1998).
Dilihat dari penyebab kematian ibu tersebut berarti kehamilan dan persalinan yang seharusnya merupakan peristiwa aman yang dialami oleh wanita usia reproduksi dapat berubah menjadi peristiwa yang membahayakan jiwa ibu dan anak yang dikandungnya.
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) Departemen Kesehatan membuat kebijakan yaitu dengan mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu program keluarga berencana, akses terhadap pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan cakupan pelayanan obstetrik essensial adalah paling rendah dan mutunya belum optimal. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi disaat sekitar persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka Depkes RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh bidan profesional dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin kepada ibu hamil.
Disamping masalah tersebut diatas, Masalah-masalah kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masalah gizi dan pangan, dimana masalah tersebut merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi. Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia (Tarwoto, 2007 dalam http : // httpyasirblogspotcom .blogspot.com, diakses tanggal 7/5/2010 jam 15.30 WIB).
Badan Kkesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75 %, serta semakin meningkat seiiring dengan pertambahan usia kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di Provinsi dengan pravelensi anemia terbesar adalah Sumatera Barat (82,6%) dan yang terendah adalah Sulawesi Tengah. Mengingat besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini. (Ridwanaminuddin, 2007 dalam http:// httpyasirblogspotcom .blogspot.com, diakses tanggal 7/5/2010 jam 15.30 WIB).
Untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-40 mg sehari. Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, kunign elur, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal. Tetapi jika dokter menemukan ibu hamil yang menunjukkan gejala anemia biasanya akan memberikan suplemen zat besi berupa tablet besi, biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari. Suplemen tabelt besi juga diberikan pada ibu hamil yang menganut pola makan vegetarian. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, ibu hamil vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C.
Pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin. Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil. Di Inggris peningkatan asupan zat besi, zink, protein dan Vitamin B pada ibu hamil selama trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksa diri mereka ke rumah sakit (Saifuddin A.B, 2007)

No comments:

Post a Comment