Departemen
Kesehatan menetapkan visi Indonesia sehat tahun 2010, melalui Keputusa Menkes
RI Nomor 574 / Menkes / SK / IV / 2000, visi ini menggambarkan bahwa pada tahun
2010, bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, berprilaku hidup bersih
dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya.
Untuk mencapai harapan tersebut ini Departemen Kesehatan ini menuangkan visi
barunya yaitu masyarakat mandiri untuk hidip sehat, dengan misi Membuat Masyarakat
Sehat artinya dengan visi baru tersebut setiap usaha-usaha kesehatan di arahkan
untuk menjamin masyarakat yang sehat dan produktif.
Menurut
hasil SDKI tahun 2006, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 215,8/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi 41,09/100.000 kelahiran hidup (www.depkes.co.id). Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pemerintah yaitu
Indonesia Sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 16/100.000 kelahiran hidup
(Saifuddin A.B, 2007).
Berdasarkan
rencana strategi nasional Marking
Prgenancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001-2010 disebutkan bahwa dalam
kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010. MPS mempunyai misi yaitu menurunkan AKI dan AKB, melalui pemantauan
sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang efektif
berdasarkan kesehatan, bakat alamiah yang berkualitas, memberdayakan wanita,
keluarga dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan
BBL serta masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan dan dilestarikan
sebagai prioritas program pembangunan nasional (Depkes RI, 1999).
Penyebab utama angka kematian ibu di
Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan (48,8%), eklampsia
(17,9%) dan anemia berat (39%) yang akan diturunkan menjadi 20% pada tahun 2008
( www.depkes.co.id). Di samping itu,
angka kematian ibu dan perinatal yang tinggi di Indonesia sebagian besar akibat
pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun (Manuaba, 1998).
Dilihat dari penyebab kematian ibu
tersebut berarti kehamilan dan persalinan yang seharusnya merupakan peristiwa
aman yang dialami oleh wanita usia reproduksi dapat berubah menjadi peristiwa
yang membahayakan jiwa ibu dan anak yang dikandungnya.
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) Departemen Kesehatan membuat kebijakan yaitu dengan mengacu kepada
intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood” yaitu program keluarga
berencana, akses terhadap pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan
cakupan pelayanan obstetrik essensial adalah paling rendah dan mutunya belum
optimal. Mengingat kira-kira 90% kematian ibu terjadi disaat sekitar persalinan
dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetrik yang sering
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka Depkes RI untuk mempercepat penurunan
AKI adalah mengupayakan agar setiap persalinan ditolong oleh bidan profesional
dan pelayanan obstetrik sedekat mungkin kepada ibu hamil.
Disamping masalah tersebut diatas, Masalah-masalah
kesehatan yang di hadapi bangsa Indonesia sekarang ini adalah masalah gizi dan
pangan, dimana masalah tersebut merupakan masalah yang mendasar karena secara
langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan derajat
kesehatan. Masalah gizi di Indonesia yang belum teratasi, salah satunya adalah
anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita Indonesia sebagai akibat
kekurangan zat besi. Jika ibu kekurangan zat besi selama hamil, maka persediaan
zat besi pada bayi saat dilahirkan pun tidak akan memadai, padahal zat besi
sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi diawal kelahirannya. Kekurangan
zat besi sejak sebelum hamil bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil
menderita anemia (Tarwoto, 2007 dalam http : // httpyasirblogspotcom
.blogspot.com, diakses tanggal 7/5/2010 jam 15.30 WIB).
Badan Kkesehatan Dunia (WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
sekitar 35-75 %, serta semakin meningkat seiiring dengan pertambahan usia
kehamilan. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu
sekitar 40,1% (SKRT 2001). Di Provinsi dengan pravelensi anemia terbesar adalah
Sumatera Barat (82,6%) dan yang terendah adalah Sulawesi Tengah. Mengingat
besarnya dampak buruk dari anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil dan
janin, oleh karena itu perlu kiranya perhatian yang cukup terhadap masalah ini.
(Ridwanaminuddin, 2007 dalam http:// httpyasirblogspotcom .blogspot.com,
diakses tanggal 7/5/2010 jam 15.30 WIB).
Untuk memenuhi kebutuhan akan zat
besi selama hamil, ibu harus mengkonsumsi zat besi sekitar 45-40 mg sehari.
Kebutuhan ini dapat terpenuhi dari makanan yang kaya akan zat besi, seperti
daging berwarna merah, hati, kunign elur, sayuran berdaun hijau,
kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal. Tetapi jika dokter menemukan ibu
hamil yang menunjukkan gejala anemia biasanya akan memberikan suplemen zat besi
berupa tablet besi, biasanya dikonsumsi satu kali dalam sehari. Suplemen tabelt besi juga diberikan pada
ibu hamil yang menganut pola makan vegetarian. Untuk meningkatkan penyerapan
zat besi, ibu hamil vegetarian hanya cukup makan buah-buahan yang banyak
mengandung vitamin C.
Pengaturan gizi pada kehamilan adalah untuk memaksimalkan kesehatan ibu dan meningkatkan tumbuh kembang bayi yang sehat. Kita tidak dapat menjamin bahwa pengaturan gizi yang optimal akan memberikan hasil akhir yang positif keadaan malnutrisi dapat membawa akibat yang merugikan kesehatan dan tumbuh kembang janin. Berat badan lahir rendah dan penyakit yang terjadi pada usia yang lebih lanjut sangat berkaitan dengan keadaan kurang gizi yang diderita ibu hamil. Di Inggris peningkatan asupan zat besi, zink, protein dan Vitamin B pada ibu hamil selama trimester ketiga terbukti bermanfaat bagi para ibu hamil yang memeriksa diri mereka ke rumah sakit (Saifuddin A.B, 2007)
No comments:
Post a Comment